Alang-alang, Berpotensi Menurunkan Demam
SATUHARAPAN.COM – Alang-alang sangat dikenal sebagai rumput liar, yang mudah tumbuh di tempat yang sering ditumbuhi tanaman liar lain. Alang-alang bahkan dapat tumbuh dengan baik di tempat yang jarang dijamah orang, seperti di pegunungan, pekarangan telantar, dan perkebunan yang sudah lama tidak dipakai lagi.
Tumbuhan ini sangat cepat berkembang, dengan mengandalkan embusan angin untuk pertumbuhannya. Benih-benih alang-alang tersebar dari embusan tersebut, terbawa arus angin dan menjadi bibit baru.
Alang-alang kerap menjadi gulma di lahan pertanian dan sering disingkirkan, terlebih gulma tersebut tumbuh lebih subur dibandingkan tanaman yang dibudidayakan petani. Namun, sebenarnya keberadaan alang-alang mampu menghindari kerusakan tanah seperti erosi. Jalinan rimpang akar yang berkembang dalam tanah mampu menahan air saat musim penghujan datang.
Selain itu ternyata alang-alang kaya akan kandungan nutrisi, baik yang sangat berguna untuk pengobatan ataupun untuk menjaga kesehatan tubuh. Dr Mao Shing Ni, dokter pengobatan Taoist China, dikutip dari askdrmao.com, menyebutkan alang-alang atau Imperata sering digunakan secara medis karena khasiat antibiotiknya, antipiretik (berkhasiat menurunkan demam), dan analgesik.
Alang-alang juga memiliki efek hemostatik (menghentikan pendarahan), diuretik, hematemesis (muntah darah), epistaksis (mimisan), hematuria (penyakit yang ditandai dengan adanya darah di urin), penyakit demam dengan rasa haus, oliguria (produksi urin sedikit), ikterus (perubahan warna mata karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah). Alang-alang juga disarankan untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan akut dengan batuk, muntah, stranguria, dan edema.
Kemampuan memiliki efek diurektik juga disebutkan dokter herbal tradisional dari Chinese Herbal Materia Medica (CHMM), seperti dikutip dari mdidea.com. Efek diuretiknya mungkin terkait dengan potasium yang kaya dalam akar alang-alang.
Pemerian Botani Alang-alang
Alang-alang dikutip dari informatika.lipi.go.id, adalah herba berbentuk rumput, dengan tinggi 30-180 cm. Batangnya berbentuk rimpang, tumbuh merayap di bawah tanah. Batang tegaknya membentuk satu perbungaan yang padat dengan buku-buku berambut jarang.
Daunnya berstruktur tunggal, dengan pangkal saling menutup, berbentuk pita, ujung runcing tajam, tegak, kasar, berambut jarang.
Bunga tersusun majemuk dengan bulir bunga agak menguncup, setiap cabang memiliki dua bulir. Benang sari berwarna putih kekuningan atau ungu. Kepala putik berbentuk bulu ayam. Buah berbentuk padi. Biji berbentuk jorong.
Alang-alang senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembap atau kering.
Rumput ini menurut Wikipedia juga dikenal dengan nama-nama daerah seperti alalang, halalang (Bojonegoro, Minangkabau), lalang (Melayu, Medan, Bali), eurih (Sunda), rih (Batak), jih (Gayo), re (Sasak, Sumbawa), rii, kii, ki (Flores), rie (Tanimbar), reya (Sulawesi selatan), eri, weri, weli (Ambon dan Seram), kusu-kusu (Menado, Ternate, dan Tidore), nguusu (Halmahera), wusu, wutsu (Sumba), dan lain-lain.
Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai bladygrass, cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail, mengacu pada malai bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya yang tajam melukai.
Alang-alang menyebar alami mulai dari India hingga ke Asia timur, Asia Tenggara, Mikronesia, dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia utara, Eropa, Afrika, Amerika, dan di beberapa kepulauan. Namun, karena sifatnya yang invasif tersebut, di banyak tempat alang-alang sering dianggap sebagai gulma yang sangat merepotkan.
Di Bali dan Indonesia timur umumnya, daun alang-alang yang dikeringkan dan dikebat dalam berkas-berkas, digunakan sebagai bahan atap rumah dan bangunan lain. Daun alang-alang juga kerap digunakan sebagai mulsa untuk melindungi tanah di lahan pertanian. Serat halus dari malai bunganya kadang-kadang digunakan sebagai pengganti kapuk, untuk mengisi alas tidur atau bantal.
Bahkan alang-alang di tangan tiga siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Trate Gresik, Jawa Timur, yakni Rosyi Nur Firdausi, Hazinatut Daulah, dan Silvana Mutiastika I, dapat dimanfaatkan sebagai obat nyamuk dengan sistem elektrik. Sebelum digunakan, rumput ilalang dikeringkan di bawah sinar matahari selama 7-8 jam. Setelah kering, alang-alang dihaluskan dengan blender hingga menyerupai serbuk.
Serbuk itu dicampur dengan air dan dimasak di dalam panci selama kurang lebih 10 menit sambil ditambahkan dengan tepung tapioka. "Setelah tercampur menjadi satu, kami cetak dalam plat yang biasa digunakan untuk menyablon, dengan kembali dijemur di bawah sinar matahari," kata Ela, sapaan Daulah, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (15/10/2016).
Lembaran ilalang yang sudah kering, dipotong kecil-kecil sesuai ukuran obat nyamuk elektrik. Sama seperti bahan obat nyamuk elektrik yang beredar di pasaran, obat nyamuk karya siswi ini juga tidak mengeluarkan asap ataupun bau. Atas hasil karya ini, ketiga siswa itu mendapat penghargaan sebagai pemenang kedua dalam National Creativity Competition (NCC) yang diselenggarakan SMA Darul Ulum, Jombang.
Manfaat Herbal Alang-alang
Penelitian yang dilakukan E Ayeni and Yahaya S dari Fakultas Sains dan Teknologi Politeknik, Offa, Nigeria, menunjukkan bahwa ekstrak daun alang-alang mengandung tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid, fenol, dan cardiac glycosides. Kandungan senyawa fitokimia tersebut dalam farmasi dapat digunakan sebagai obat untuk diare, sakit kepala, penyakit kulit, saluran usus. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai pestisida, insektisida dan herbisida dalam pertanian.
Dikutip dari ub.ac.id, akar alang-alang mengandung senyawa yang dapat berfungsi sebagai antimikroba yaitu golongan triterpenoid. Di antaranya cylindrin, arundoin, ferneon, isoarborinol, dan simiarenol.
Rimpang alang-alang, dikutip dari informatika.lipi.go.id , berkhasiat sebagai pelembut kulit, peluruh air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, dan penghenti perdarahan. Selain itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi dan penyakit saraf. Semua bagian tumbuhan digunakan sebagai pakan hewan, bahan kertas, dan untuk pengobatan kurap. Infusa rimpang alang-alang berefek sebagai diuretika.
Infusa bunga alang-alang pada konsentrasi 10 persen dengan dosis 12 ml/ kgBB berefek antipiretik yang relatif sama dengan suspensi parasetamol 10 persen persen pada merpati. Pada nefritis kronis, herba alang-alang dapat mengurangi edema dan menurunkan tekanan darah. Di samping akar alang-alang dapat efektif untuk pengobatan hepatitis viral akut pada 28 kasus.
Menurut Dr Setiawan Dalimartha dalam buku Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis, di luar negeri alang-alang sudah dibuat obat paten. Penelitian tentang tanaman ini menyebutkan, alang-alang mengandung manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam alkali. Dilihat dari kandungan-kandungan tersebut, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan perdarahan), dan menghilangkan haus.
Sifat diuretik yang mengeluarkan cairan tubuh tak berguna ini bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah yang cenderung tinggi. Sifat hemostatik yang bisa menghentikan perdarahan dapat juga dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan dan perdarahan di dalam.
Rini Arianti dari Departemen Biokimia Fakutas MIPA IPB Bogor, meneliti aktivitas hepatoprotektor dan toksisitas akut ekstrak alang-alang. Hasilnya menunjukkan, ekstrak etanol akar alang-alang memiliki khasiat sebagai hepatoprotektor.
Tim peneliti Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung, meneliti efek alang-alang terhadap penurunan tekanan darah . Alang-alang yang mengandung kalium, flavonoid, graminone B, dan cylindrene, berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk hipertensi.
Penelitian itu bersifat eksperimental quasi. Data yang diukur adalah tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan sesudah minum infusa akar alang-alang pada 15 orang percobaan. Kesimpulannya, akar alang-alang berefek menurunkan tekanan darah.
Tim peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya, meneliti efek antipiretik alang-alang pada tikus jantan (Rattus norvegicus). Hasilnya menunjukkan bahwa alang-alang trusa infusa memiliki efek antiperetik.
Editor : Sotyati
Bryan Amadeus Chandra, Sosok yang Cerdas dan Senang Menolong...
Jakarta, Satuharapan.com, Bryan Amadeus Chandra atau yang akrab dipanggil Bryan merupakan salah...