Allah: Pribadi yang Mau Repot
SATUHARAPAN.COM – ”Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?” (Luk. 15:4).
Dalam perumpamaan-Nya, Yesus menegaskan bahwa Allah—sebagaimana lazimnya gembala—adalah Pribadi yang peduli. Dia tahu tabiat domba yang suka mencari jalan sendiri, tak mau diatur, dan menganggap diri selalu benar. Tetapi, Dia juga tahu bahwa domba merupakan makhluk ringkih, yang akan mati kelaparan atau diterkam serigala jika tidak segera ditemukan.
Tak hanya peduli, Allah juga Pribadi yang mau repot. Dia meninggalkan kawanan domba, untuk mencari yang satu ekor itu. Dia ingin kawanan domba-Nya kembali utuh. Di kalangan Yahudi, angka 10 melambangkan keutuhan. Dan 100 adalah 10 kali 10. Sehingga, hilangnya seekor domba menjadikan kawanan itu tak utuh lagi. Allah mencari yang satu itu agar keutuhan itu pulih.
Mengapa Allah lebih menyukai pertobatan manusia? Bukankah Dia, Yang Maha Kuasa, tidak akan kekurangan apa pun, seandainya satu orang hilang? Apa lagi, jika dibandingkan 99 orang, bukankah Dia dapat mengabaikan yang satu itu?
Itulah logika manusia. Bukankah hanya satu persen yang hilang? Toh, masih ada 99 persen yang tetap ada. Dalam logika Allah, satu persen itu menjadi signifikan—penting dan bermakna—karena Allah yang sempurna senantiasa ingin kesempurnaan umat-Nya. Memang cuma satu persen. Tetapi, tanpa yang satu persen itu, tak pernah tercapai kesempurnaan: 100 persen.
Manusia mungkin berkata, ”Cuma satu, ngapain repot-repot!” Namun, jika Allah tak mau repot, bagaimana nasib Saudara dan saya?
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...