Sia-sialah Pengetahuan Tanpa Tindakan
SATUHARAPAN.COM – Mentari sore tak lagi menyengat ketika pintu lintasan KA di Jl. KH Agus Salim, Bekasi menutup. Seperti biasa satu, dua, tiga dan seterusnya hingga hampir 20 sepeda motor berhenti dekat palang pintu perlintasan.
Seorang ibu paruh baya dengan kain dan kebaya kusam mulai menadahkan tangan dari satu sepeda motor ke sepeda motor lainnya. Tak seorang mengulurkan tangan memberi sesuatu kepadanya.
Di sebelah kiri terdapat satu-satunya pengendara sepeda onthel ikut berbaris. Bapak pengendara sepeda memanggil ibu tersebut, ”Mbok! Sini, Mbok!” Ibu itu mendekat dan mendapatkan dua ribu rupiah. Segera ibu itu berterima kasih seraya menaikkan doa yang tak jelas terdengar. Ketika ibu itu hendak membalikkan badannya, pengendara sepeda onthel itu bertanya, ”Sudah makan mbok?” Belum lagi ibu itu menjawab, bapak itu menyodorkan nasi bungkus miliknya.
Peristiwanya sederhana, namun pelakonnya sungguh-sungguh menghayati perannya dalam kehidupan. Seandainya pengendara sepeda onthel itu tidak memberikan apa-apa, ibu itu pun akan menganggapnya wajar, toh semua pengendara motor yang berhenti di palang pintu KA itu juga tidak melakukan apa-apa. Tindakannya sederhana, tetapi dilakukan dengan hati besar.
Mencius mengajarkan: ”Seseorang yang memiliki kebenaran tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukannya. Jika dia salah, dia akan minta maaf. Jika dia benar, dia akan melawan seribu orang tanpa rasa takut. Lagi katanya: ”Jika harus memilih antara kebenaran dan hidup, saya memilih kebenaran.”
Apa yang baik dan benar tentu menjadi acuan hidup manusia. Persoalan besarnya, orang enggan melakukannya karena anggapan orang lain juga tidak melakukannya. Padahal, sia-sialah pengetahuan tanpa tindakan.
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...