Marketing to Women
SATUHARAPAN.COM – Belakangan ini ada sebuah produk yang menarik perhatian saya. Produk itu adalah kursi pijat. Karena mahal, salesman dilatih dengan sempurna dan sangat bersemangat memasarkan produk. Tentu saja karena komisi yang akan dikantunginya tidak sedikit jika ia dapat menjual produk.
Dengan luwes salesman itu mendudukkan saya pada kursi pijat yang paling mahal. Kemudian dia menghidupkan mesin dan menerangkan semua fungsi yang dapat dilakukan kursi pijat. Pertama, kursi pijat itu dapat mendeteksi tulang punggung kita, sehingga tidak membabi buta dalam memijat. Kemudian tinggal pilih, ada pijatan bangun tidur yang menyegarkan; atau pijatan berangkat tidur yang membuat rileks. Dan masih banyak lagi. Sambil dipijat saya pun mengangguk paham.
Ketika dilihatnya saya mulai tertarik, salesman yang luwes itu pun segera menanyakan warna yang diinginkan. Warna? Eits, nanti dulu… karena produknya mahal, saya perlu waktu berpikir. Mungkin saya juga akan datang lagi untuk mencoba ulang… mungkin juga akan mencoba produk yang lebih murah…. Demikian saya menerangkan kepadanya, sambil bersiap-siap pergi.
”Baiklah, Ibu,” ujarnya tetap ramah, ”kalau ke sini lagi jangan lupa Bapaknya diajak.” ”Maksudnya, kalau saya ke sini lagi, saya harus ngajak orang tua saya?” pancing saya geli. Salesman itu pun jadi salah tingkah, ”Bukan Bu, maksudnya suami Ibu….”
Ah… salesman sok tahu, hari gini… apakah wanita tidak dapat memutuskan sendiri barang yang akan dibelinya atau siapa yang akan dimintai pendapat? Dan apakah ia juga akan merasa perlu memberikan saran yang sama kepada customer pria? Aduh Mas, mbok belajar lagi ya… terutama tentang Marketing to Women….
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Mensos Tegaskan Tak Ada Bansos untuk Judi Online
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan tak ada ...