Pentingnya Bicara
SATUHARAPAN – ”Menu hari ini adalah gulai ayam,” kata istri saya. Karena istri sedang sakit, sayalah belanja ke pasar. Setiba di kios penjual ayam, saya memilih ayamnya dan meminta penjual untuk memotongnya. Pada saat yang sama, ada seorang ibu yang juga membeli ayam kampung dan pesan untuk dipotong.
Setelah dikuliti, saya tidak bisa membedakan yang mana ayam saya dan yang mana ayam ibu itu. Ketika Sang Penjual memotong ayam pertama, dalam hati saya ingin mengatakan: ”Pak, potongnya begini ya.” Tetapi, karena kami sudah biasa membeli ayam di tempat itu, tentu dia tahu bagaimana potongan ayamnya. Akhirnya, saya tidak berbicara sepatah kata pun. Alhasil, ayam pertama itu ternyata pilihan saya dan di potong tidak seperti yang saya harapkan.
Setiba di rumah, istri saya menyuruh saya membeli sereh. Dia berkata, ”Beli Rp 500,- aja ya Pa, itu cukup.” Di warung itu, saya langsung memilih tiga batang sereh dan bertanya, ”Ini berapa?” Lalu Ibu Penjual itu menambahkan 1 batang lagi dan berkata, ”Rp 1000,- aja, Pak.” Setiba di rumah, istri saya hanya membutuhkan dua batang sereh.
Hari itu saya belajar pentingnya bicara. Dengan bicara, ayam tidak akan salah potong. Dengan bicara, 2 batang sereh tidak menjadi sia-sia karena tidak terpakai.
Dalam relasi apa pun, bicara itu penting. Dalam relasi suami dan istri, orang tua dan anak, atasan dan bawahan, guru dan murid, dosen dan mahasiswa, dan lain sebagainya, berbicara merupakan hal yang amat penting. Dengan bicara, miskomunikasi bisa dihindarkan, setidaknya dikurangi. Jadi, mari kita bicara!
editor: ymindrasmoro
email: inspirasi@satuharapan.com
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...