Alvin Toffler Meninggal
LOS ANGELES, SATUHARAPAAN.COM - Alvin Toffler, futuris yang pernah meramalkan kecemasan manusia akan meningkat dengan kemajuan digital dan teknologi lewat buku yang sangat berpengaruh, "Future Shock," meninggal pada usia 87 pada hari Senin (27/6).
Hal itu diumumkan oleh perusahaan konsultasi yang didirikannya pada hari Rabu (29/6), sebagaimana dilaporkan oleh nbcnews.com.
Toffler - yang juga mendapat kredit sebagai pencipta istilah information overload, untuk menggambarkan perjuangan manusia bersaing dengan data yang meluas secara eksponensial, meninggal pada hari Senin malam di rumahnya di Los Angeles.Toffler Associates dalam sebuah pernyataan, mengumumkan hal itu atas permintaan janda Toffler, Heidi Toffler.
Tidak dikemukakan penyebab kematian.
Alvin Toffler yang lahir di Brooklyn, New York City, 4 Oktober 1928, juga dikenal karena karya-karyanya yang membahas mengenai revolusi digital, revolusi komunikasi, dan singularitas teknologi.
Toffler lahir dari pasangan orangtua keturunan imigran Yahudi asal Polandia, Rose Albaum dan Sam Toffler. Ia menempuh pendidikan sarjananya di Universitas New York.
Menurut catatan Wikipedia, pada masa awal setelah kelulusannya, Toffler pernah bekerja selama lima tahun sebagai tukang las, perancang bangunan pabrik, dan buruh pada jalur perakitan. Ia kemudian menjadi koresponden di Washington, dan selanjutnya menjadi editor pembantu untuk Majalah Fortune.
Setelah berhenti dari Fortune, Alvin Toffler dikontrak oleh IBM untuk meneliti dan menulis makalah mengenai dampak sosial dan organisasi dari komputer, yang membuatnya berhubungan dengan orang-orang terawal yang adalah para "guru" komputer dan peneliti kecerdasan buatan dan pendukungnya.
Xerox mengundangnya untuk menulis tentang laboratorium penelitiannya, dan AT&T berkonsultasi untuk meminta saran strategis kepadanya. Pekerjaan di AT&T ini menyebabkan timbulnya studi mengenai telekomunikasi, yang menyarankan kepada manajemen puncak perusahaan untuk memecahkan diri satu dekade lebih awal sebelum pemerintah Amerika Serikat memaksa AT&T untuk melakukannya.
Pada pertengahan tahun ’60-an, pasangan Toffler mulai mengerjakan karya yang kemudian menjadi buku laris Future Shock. Pada tahun 1996, bekerjasama dengan konsultan bisnis Tom Johnson, mereka mendirikan Toffler Associates, sebuah perusahaan penasihat yang dirancang untuk mengimplementasikan berbagai ide yang telah ditulis oleh pasangan Toffler. Perusahaan tersebut bekerja dengan berbagai bisnis, LSM, dan pemerintah di A.S., Korea Selatan, Meksiko, Brazil, Singapura, Australia, dan negara-negara lainnya.
Toffler adalah profesor tamu di Universitas Cornell, ahli tamu di Russel Sage Foundation, dan mengajar di New School of Social Research, serta koresponden Gedung Putih. Sebagai dosen pengajar ia banyak disukai, dan telah memperoleh berbagai gelar kehormatan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan hukum.
Alvin Toffler menulis buku-bukunya bersama istrinya Heidi Toffler, antara lain sbb.:
- The Culture Consumers (1964) St. Martin's Press,
- The Schoolhouse in the City (1968) Praeger (editors),
- Future Shock (1970) Bantam Books,
- The Futurists (1972) Random House (editors),
- Learning for Tomorrow (1974) Random House (editors),
- The Eco-Spasm Report (1975) Bantam Books,
- The Third Wave (1980) Bantam Books,
- Previews & Premises (1983) William Morrow & Co
- The Adaptive Corporation (1985) McGraw-Hill,
- Powershift: Knowledge, Wealth and Violence at the Edge of the 21st Century (1990) Bantam Books
- Creating a New Civilization (1995) Turner Pub,
- War and Anti-War (1995) Warner Books,
- Revolutionary Wealth (2006) Knopf.
Editor : Eben E. Siadari
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...