Amarilis Menangis
Hargailah tumbuhan karena mereka juga makhluk Tuhan!
SATUHARAPAN.COM – Taman Bunga Amarilis Patuk Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi itu mendadak menjadi trending topic media sosial akhir-akhir ini. Mungkin sebagian besar dari Anda pun tahu alasannya. Pertama, karena taman itu indah pada awal musim penghujan tahun ini. Bunga Amarilis atau lili hujan atau juga akrab dipanggil bunga bakung bertebaran nan cantik. Amarilis warna oranye mekar bersamaan terhampar di lahan seluas satu hektar milik seorang lelaki sederhana bernama Sukadi.
Saking hits-nya taman ini, ia disandingkan dengan Taman Keukenhof di Negeri Belanda. Orang-orang menyemut datang ke sana untuk memanjakan mata dan kamera. Kamera? Iya, seperti diberitakan, orang yang datang lebih sibuk memenuhi memori gawai dengan foto-foto selfie dan welfie di lokasi itu. Berhubung mereka fokus pada gawainya, lupalah pada bunga-bunga yang di sekitarnya. Satu orang menginjak satu bunga, yang lain mengikuti. Sampai rusak taman itu.
Apa makna yang bisa ditarik? Jangan sembarangan selfie! Hargailah tumbuhan karena mereka juga makhluk Tuhan! Memang taman tersebut tidak didesain untuk wisata, maka jalur pedestrian tidak ada di sana untuk mencegah terinjaknya bunga. Namun, tentu hal itu bukan berarti kita memaklumkan tindakan merusak. Bandingkan dengan proses Pak Sukadi yang telaten menanam dan merawat Amarilis itu dari sejak 2006.
Pak Sukadi memperoleh ribuan bibit Amarilis dari para petani di desanya. Amarilis kerap tumbuh sembarangan di areal pertanian. Oleh petani, ia dianggap mengganggu, sehingga keberadaannya tidak diinginkan. Tetapi, Pak Sukadi menerima dengan tangan terbuka tanaman buangan tersebut. Beliau sabar merawatnya, menghargai bahwa tanaman ini pun bagian dari ciptaan. Siapa sangka kalau barang buangan ini kini diminati?
Dalam hidup ini bisa jadi kita pernah atau sering membuang sesuatu yang sebenarnya berharga. Sampah dapur dan rumah tangga, sampah kantor, sampah industri zaman sekarang bisa diubah menjadi barang berharga. Bagaimana dengan membuang sesuatu yang jelas-jelas bukan sampah? Membuang kesempatan misalnya. Kesempatan belum tentu datang dua kali. Saat kita membuangnya, mungkin kita pikir kita tidak membutuhkannya. Tetapi, di lain hari kita pun mungkin meratap menyesali kesempatan yang terbuang.
Para petani menolak kehadiran Amarilis liar. Amarilis menangis karena dibuang. Lalu mereka dirawat Pak Sukadi. Saat mereka berkembang, orang datang dengan senang. Tetapi, Amarilis dibuat menangis lagi karena mereka harus dibuang lagi sebelum waktunya. Umur Amarilis memang hanya semingguan. Gara-gara dirusak dengan sengaja, maka umur mereka diperpendek. Dibuang lebih cepat. Amarilis menangis.
Editor: Yoel M. Indrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
1.100 Tentara Korea Utara Jadi Korban dalam Perang Rusia-Ukr...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 1.000 prajurit Korea Utara tewas atau terluka dalam perang Rusia d...