Amnesti Internasional Serukan Penanganan Baru Pengungsi di Perbatasan Turki-Yunani
ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM - Amnesti Internasional merilis sebuah laporan tentang pengungsi yang mencoba masuk Uni Eropa melalui perbatasan Turki-Yunani. Seperti dilansir dari situs Hurriyet pada hari Selasa (11/7).
Laporan berjudul "Frontier Europe: Human Rights Abuses on Greece’s Border with Turkey" (Garis Depan Eropa: Kejahatan Hak Asasi Manusia di Perbatasan Yunani dengan Turki) berfokus pada para pengungsi yang melintasi perbatasan Turki-Yunani, serta reaksi para pejabat kedua negara memperlakukan pengungsi.
Perbatasan Turki dengan Yunani adalah rute transit yang paling penting untuk mencapai Uni Eropa menurut Irem Arf Rayfield, Peneliti Kantor Lembaga Eropa Amnesti International untuk pengungsi dan hak migran di Eropa.
Irem Arf Rayfield mengatakan Yunani baru-baru ini mengambil langkah-langkah substansial mengenai transit pengungsi di Mediterania dan laut Aegea dan meningkatkan keamanan dengan pagar kabel 10,5 kilometer dari perbatasan tanahnya.
"Tindakan ini menyebabkan perubahan dalam rute pengungsi. Rute bergeser dari darat ke laut," kata Irem Arf Rayfield, sambil menambahkan bahwa transit laut sangat berbahaya. "Misalnya, 50 orang dimasukkan ke dalam kapal yang dapat memuat 20 orang. Perahu tenggelam, bersama wanita hamil, anak-anak, dan orang tua di dalamnya. "
Irem Arf Rayfield mengatakan pemulangan pengungsi terjadi bahkan jika mereka melintasi perbatasan Yunani dan pelanggaran hak asasi manusia pengungsi berlangsung bahkan di bawah pengawasan administrasi.
Kisah anak muda Afghanistan berusia17 tahun yang mencapai Yunani melalui Iran dan Turki setelah kehilangan keluarganya di Afghanistan, menggambarkan perlakuan buruk dari para pejabat. Rayfield menjelaskan bahwa anak muda dan lima saudaranya dan keponakan tiba di sebuah pulau Yunani di perahu penuh sesak pada larut malam. Mereka pertama kali dibawa ke perahu pertolongan dan kemudian kembali ke kapal pertama yang mereka datang ke pulau itu.
"Menurut seorang anak, perahu dirusak pejabat keamanan Yunani untuk mencegah mesin dari berfungsi," kata Irem Arf Rayfield sambil menekankan bahwa ada banyak cerita seperti ini.
Irem Arf Rayfield mengatakan bahwa Uni Eropa harus mengambil tanggung jawab lebih dan menghentikan pelanggaran hak asasi manusia segera. Dia mengatakan Turki sementara berada dalam kondisi yang lebih baik daripada Yunani karena hukum tentang pengungsi mulai berlaku beberapa tahun lalu, tetapi ini masih belum cukup.
Mengenai asal-usul para pengungsi yang berlindung di Uni Eropa, Irem Arf Rayfield mengatakan bahwa sebagian besar pengungsi berasal dari Afrika Utara, Sudan, Afghanistan, Lebanon dan Irak. Dia menambahkan bahwa peningkatan jumlah pengungsi Suriah yang meminta suaka akibat krisis di Suriah.
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...