Anak Yatim Piatu dari Anggota ISIS Dipulangkan ke Rusia
SATUHARAPAN.COM-Rojava Suriah, yang merupakan pemerintahan otonom Kurdi Suriah di wilayah utara, pada hari Kamis (6/2), menyerahkan 35 anak yatim Rusia yang terkait dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) ke negara asalnya dalam pemulangan anak-anak tanpa orangtua, menurut laporan AFP.
Anak laki-laki dan perempuan itu diserahkan kepada delegasi Rusia di kota Qamishli, katanya. Abdelkarim Omar, seorang pejabat senior urusan luar negeri dengan pihak berwenang Kurdi, mengatakan anak-anak Rusia itu disetujui untuk dipindahkan setelah identitas mereka diverifikasi melalui tes DNA. Seorang pejabat Kurdi mengatakan mereka berusia empat hingga 16 tahun.
ISIS pernah menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak yang berdekatan pada tahun 2014, dan menjalankan negara dengan cara brutal sebelum kekalahan teritorial mereka pada Maret tahun lalu.
Setelah bertahun-tahun memerangi ISIS, Kurdi Suriah menahan ribuan orang asing yang terkait dengan ISIS dalam tahanan mereka. Itu termasuk ribuan perempuan asing dan anak-anak. Mayoritas mereka berada di kamp al-Hol yang penuh sesak.
Anna Kuznetsova, komisaris hak anak untuk kantor kepresidenan Rusia, mengatakan bahwa serah terima anak-anak Rusia diselesaikan dari Irak. “Kami senang dapat melanjutkan pekerjaan ini pada masalah pemulangan anak-anak yang saat ini ada di kamp,” katanya.
Pada bulan Maret tahun lalu, suku Kurdi menyerahkan tiga anak yatim Rusia yang berusia lima hingga tujuh tahun yang berasal dari wilayah Kaukasus Utara yang mayoritas penduduknya Muslim di negara itu.
Sebulan sebelumnya, 27 anak berusia empat hingga 13 tahun diterbangkan dari Irak ke wilayah Moskow. Itu terjadi setelah pemulangan 30 anak dari Irak pada akhir Desember 2018.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada akhir 2017 menyebut upaya untuk mengembalikan anak-anak itu sebagai "perbuatan yang sangat terhormat dan benar" dan berjanji untuk membantu.
Kurdi Suriah telah berulang kali menyerukan pemulangan tersangka ISIS asing dan kerabat mereka ke negara asal. Tetapi negara-negara asal yang diduga anggota ISIS enggan mengambil mereka kembali, karena risiko keamanan potensial dan kemungkinan reaksi publik.
Namun beberapa pemerintah Barat, termasuk Prancis dan Belgia, telah membawa pulang beberapa anak yatim piatu dari anggota ISIS.
Editor : Sabar Subekti
Ciptakan Pribadi yang Cerdas Lewat Pembelajaran Neuroscience
JAKARTA, Satuharapan.com - Setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda. Oleh karena itu, pen...