Antropolog: Kalahkan ISIS Jangan Pakai Khotbah dan Ayat Suci
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Antropolog Muslim dari Prancis, Dounia Bouzar, mengatakan jangan coba berdebat, berkhotbah dan memakai ayat-ayat suci untuk menyadarkan orang-orang muda yang telah bergabung dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Metode dengan berdebat dan memakai ajaran agama, menurut dia, akan gagal.
Antropolog yang jasanya kini digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri Prancis untuk menangkal radikalisme, justru menganjurkan menggunakan kenangan masa kecil, musik, maupun aroma yang akan mengingatkan anak-anak muda itu kepada rumah dan lingkungan awalnya.
"Secara karakteristik, orang muda yang telah direkrut ... berpikir bahwa dia dipilih (oleh Tuhan) dan bahwa ia tahu kebenaran," kata perempuan berusia 51 tahun itu dalam sebuah wawancara dengan Reuters di sebuah kafe di Paris.
"Sebaik Anda menggunakan nalar dan pengetahuan untuk menghadapi anak-anak muda ini, Anda akan gagal," kata dia, sebagaimana dilansir oleh Reuters (2/11).
Bouzar, seorang Muslim, mengatakan justru dengan menggunakan kenangan, musik dan bahkan aroma dapat memenangkan kembali para militan muda. Perekrut ISIS, kata dia, telah mengadopsi teknik guna-guna dalam menarik anak-anak muda. Oleh karena itu, lanjut dia, dibutuhkan ketrampilan yang berbeda untuk melawan mereka.
Bouzar kini bekerja untuk Kementerian Dalam Negeri Prancis dengan tugas melatih otoritas lokal menggunakan metode yang dikembangkannya. Pierre N'Gahane, pejabat yang bertanggung jawab atas program senilai 6 juta euro untuk mencegah radikalisasi di Prancis, mengatakan Bouzar dan timnya telah "memberikan hasil yang cukup memuaskan."
Kendati demikian baik Bouzar maupun pejabat Prancis tidak mengklaim metodenya satu-satunya sebagai jawaban untuk melawan perekrutan oleh ISIS. Tapi Bouzar mengatakan taktiknya adalah awal dari sebuah proses yang dapat bekerja.
Prancis telah kehilangan banyak orang karena bergabung dengan ISIS, terbanyak di antara negara-negara Eropa. Pemerintah Prancis memperkirakan 1.800 warganya telah bergabung dengan aringan jihadis di Suriah atau Irak, atau berencana akan pergi. Selain itu 7.000 lainnya "berisiko" mengikuti jalan itu. Bouzar bekerja di bawah perlindungan polisi dan mengubah lokasi pelatihan terus-menerus.
Sekitar satu dari lima radikal Prancis di Irak atau Suriah adalah perempuan. Dan hanya sebagian kecil dari jihadis yang berhasil dia tarik kembali berasal dari keluarga Muslim. Sekitar 80 persen awalnya ateis atau Katolik; beberapa bahkan Yahudi.
Lembaga yang ia dirikan, Center for Prevention of Sectarian Trends Linked to Islam (CPDSI) telah menangani sekitar 600 keluarga tahun lalu dan menerima sekitar 15 panggilan seminggu. Ia mempekerjakan enam orang. Dia mengakui telah gagal dalam dua atau tiga kasus tetapi telah "menyelamatkan" sekitar 50 orang muda.
Metodenya kadang-kadang kontroversial. Kasusnya tidak dapat diverifikasi secara independen karena dia menyamarkan mereka demi privasi. Pengeritiknya mengatakan Bouzar tidak tahu apa-apa tentang Islam, tidak bisa berbahasa Arab dan hanya memainkan peran sebagai psikolog amatir.
Namun Bouzar adalah seorang pekerja sosial yang sudah menangani orang-orang muda berisiko selama 15 tahun. Timnya terdiri dari orang-orang yang pernah berurusan dengan perekrutan ISIS dan memiliki banyak pengalaman dengan pemuda radikal. Pada tahun 2004, ia memulai sebuah proyek dengan 10 orang yang telah mengalami radikalisasi. Ia telah menerbitkan sebuah buku tentang hal itu.
Dua tahun kemudian, saat bekerja dengan seorang imam untuk meyakinkan anak-anak muda bahwa mereka berada di jalan yang salah, dia menyadari bahwa dia gagal. Ketika imam berbicara tentang agama, katanya, para pemuda akan menjawab: "Tutup mulut Anda. Itu bukan yang Allah katakan. Saya terpilih. Saya tahu apa Firman Tuhan."
Persoalan semakin rumit pada awal tahun ini ketika ISIS mulai melakukan 'perburuan' mencari istri secara online. Banyak yang terjerat justru mereka yang berpendidikan dan berasal dari latar belakang yang stabil.
"Remaja-remaja itu mengalami proses yang hampir mencapai tingkat hipnosis," kata Serge Hefez, seorang psikiater keluarga di rumah sakit Pitié-Salpetriere di Paris yang menangani beberapa rekrutan yang menjadi klien Bouzar.
Menurut Bouzar, perekrut ISIS di Prancis sangat trampil. Dia telah mempelajari proses perekrutan dengan memeriksa ponsel dan komputer dari ratusan remaja Prancis. Ia juga mendengar cerita dari keluarga orang-orang muda yang kehilangan anggota keluarga mengikut ISIS.
Para perekrut ISIS membujuk calon rekrutannya dengan berbagai cuplikan berita dan adegan indah. Mereka menggunakan berbagai cara, termasuk dengan karakter permainan game.
Bouzar kemudian menganjurkan para keluarga itu berbagi cerita, satu sama lain melalui akun facebook yang bisa dibaca oleh anggota keluarga mereka yang sudah pergi bergabung dengan ISIS. Bouzar meminjam ide dari penulis Prancis, Marcel Proust, yang menulis karya tentang kenangan pada rasa kue bolu tertentu yang menghidupkan kembali sebuah pengalaman yang intens dari masa kecil seseorang.
Bouzar menyarankan agar keluarga menggunakan isyarat emosional - musik, gambar, tempat, aroma, makanan - untuk membangunkan kesadaran mereka yang sempat terjerat ISIS.
"Ketika orang muda disentuh oleh kenangan masa kecilnya," kata Bouzar, mereka akan kembali ke diri mereka sendiri dalam beberapa detik. Itulah adalah awal yang dibutuhkan para keluarga.
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...