Loading...
PARENTING
Penulis: Octavia Putri 08:22 WIB | Minggu, 24 Oktober 2021

Apa Sih Grooming Anak? Ini Tipsnya Agar Anak Kita Aman

Ilustrasi. (Foto: smartparents.sg)

SATUHARAPAN.COM - Semakin canggih teknologi, semakin tercipta juga modus kejahatan yang bervariasi. Kejahatan tersebut bisa menimpa siapa saja, baik dari orang dewasa hingga anak-anak. Child grooming ini merupakan salah satu bentuk kejahatan seksual di dunia maya melalui rekaman video yang diminta pelaku kepada korbannya. 

Menurut Soekanto dan Mamudji dalam bukunya di tahun 2001, child grooming adalah proses mendekati anak yang dilakukan pelaku untuk membujuk pelaku agar si korban bersedia melakukan aktivitas seksual. Proses tersebut membutuhkan akses, waktu, serta keterampilan interpersonal dari pelaku, sehingga korban secara tidak sadar mau mengikuti keinginannya.

Lebih lanjut, menuurt Wahid dan Irfan, umumnya para pelaku memilih korban, mengidentifikasi, memanfaatkan kebutuhan korban, serta waktu yang tepat untuk mendekati korban, melalui perilaku merayu hingga mengendalikan korban. Samantha Craven, Sarah Brown, dan Elizabeth Gilchrist dalam jurnalnya menjelaskan ada dua jenis perilaku grooming, yakni pada fisik dan psikologis anak. 

Berkaitan dengan fisik yang berarti melibatkan seksualitas. Sementara pada psikologis berarti sudah melibatkan aspek kehidupan anak, seperti emosi dan kognitif anak. Pada awalnya, pelaku membangun kepercayaan anak, membuat anak percaya pelaku orang baik, menanamkan pada anak apa yang dilakukan ‘benar’, memungkinkan pelaku meminta video atau foto anak tanpa pakaian, hingga melakukannya bersama.

Sitompul di tahun 2010 dalam buku Hukum Internet, ada enam hal umum yang menjadi dasar dalam melakukan online child grooming, seperti (1) memanipulasi, (2) kemudahaan akses, (3) membangun hubungan, (4) konten seksual, (5) menimbang resiko, dan (6) penipuan.

Ketika memanipulasi anak dilakukan untuk membuat korban percaya, korban merasa istimewa, korban merasa dicintai dan diperhatikan. Tetapi, tidak menutup kemungkinan pelaku dapat berperilaku mengintimidasi agar korban takut dan mengikuti keinginannya. Terkait dengan kemudahan akses, umumnya dimanfaatkan media sosial, seperti chatroom, blog, media sosial, forum tertentu. Poin di sini, merupakan jalur akses pelaku ke korban. Lalu, proses membangun hubungan dimana pelaku akan menyesuaikan perilaku dan gaya komunikasinya agar korban mau terbuka dan memungkinkan meminta korban merahasiakan hubungan mereka.

Pada bagian konten seksual, ini merupakan tujuan dari pelaku. Pelaku akan menentukan kapan dan bagaimana untuk melakukan child grooming. Dimulai dengan berbicara hal seksual, merayu korban, hingga mengirim gambar atau video porno. Lalu, penilaian resiko yang dilakukan pelaku, seperti kehidupan korban pribadi dan lingkungan korban. Terakhir, penipuan oleh pelaku, seperti identitas yakni dengan menyamar.

Membahas tentang anak, semua anak ada kemungkinan menjadi sasaran, tetapi ada beberapa situasi anak yang membuat anak lebih rentan menjadi target dari pelaku child grooming. Salah satunya adalah anak dengan kurangnya pengasuhan atau pengawasan dari orangtua maupun signifikan other. Jadi, anak merasa tidak ada yang memperhatikan dan mereka cenderung mencari ‘role model’, sehingga pelaku akan masuk ke dalam kehidupan anak sebagai ‘role model’. Bisa juga, anak yang cenderung tertutup dengan lingkungannya. 

Selain itu, anak yang rasa ingin tahunya tinggi, sehingga mereka mencari informasi dari luar yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya. Apalagi membahas konten seksual, terkadang orangtua cenderung merasa tabu. Jadi, anak-anak pun mencari informasi dari sumber yang mungkin kurang terpercaya.

Lalu, ciri lain, anak yang relasinya tidak dekat dengan orang tua, sehingga si anak merasa kosong, tidak ada tempat cerita atau merasa tidak ada yang menyayangi. Ibaratnya, anak mencari orang yang dapat memenuhi kebutuhannya, baik emosional, finansial, maupun secara kognitif seperti cari informasi tadi. Anak akan mencari orang luar yang memberikan kebutuhan anak ini.

Berikut saran yang bisa dilakukan oleh orangtua agar anak terhindari dari grooming, misalnya memiliki waktu bersama ibaratnya family time, sehingga adanya komunikasi yang dapat diciptakan. Komunikasi ini akan membuat relasi lebih dekat dengan anak dan tidak lupa menghormati pendapat anak pun penting karena setiap anggota keluarga memiliki hak yang sama, yakni sama-sama didengarkan dan dihormati pendapatnya. Waktu bersama ini seperti waktu makan bersama atau tukar pikiran singkat atau sekedar pillow talk.

Lainnya, bisa dengan melakukan komunikasi terbuka bukan sekedar aturan membatasi waktu gadget, tetapi lebih memberikan pemahaman dan informasi manfaat atau pun dampak jika terlalu lama banyak menggunakan gadget. Komunikasi terbuka ini pun dapat dilakukan saat melakukan kegiatan bersama untuk diskusi. Bersamaan dengan itu, anak dapat belajar dari orangtua untuk menyelesaikan masalah dan konflik.

Berikan dukungan juga kepada anak dimulai dari lingkungan terdekat anak, seperti orangtua, pengasuh, keluarga besar, hingga media pun dapat terlibat untuk mengedukasi anak. Apalagi membahas tentang pendidikan seksual. Tidak lupa berikan pengawasan pada aplikasi dan konten-konten yang ramah anak.

Berkaitan dengan pendidikan seksual, maka orangtua wajib memberikan informasi dan pendidikan seksual sejak dini pada anak. Dimulai dari menghilangkan pemikiran tabu tentang hal seksual. Kemudian, lakukan diskusi tadi dan berikan informasi pada anak, bagian tubuh mana yang privasi dan mana yang umum, bagaimana bersikap di ruang publik, bagaimana menghormati tubuh orang lain dan menghormati tubuh sendiri. Pendidikan seksual ini perlu dilakukan agar anak tidak mencari informasi di luar yang belum tentu benar.

Kembali, membahas aturan gawai tadi, perhatikan juga komitmen orang tua. Kalau sudah menerapkan aturan, mohon diikuti aturan yang sudah disetujui bersama. Misalnya, ketika makan tidak menggunakan gawai, aturan ini berlaku untuk orangtua yang mencontohkan dan begitu pula untuk anak. 

Jika anak sudah lebih besar, berikan aturan bebas bersyarat sesuai usianya. Misalnya, jika merasa bingung atau mau mencari informasi yang tidak dipahami, mari cari bersama agar sama-sama belajar. Atau jika menginap di rumah teman, harus meminta ijin terlebih dahulu dan tujuannya apa, sehingga orangtua lebih kenal dengan lingkungan anak.

Itu beberapa tips yang bisa dilakukan oleh orangtua. Jika dirasa perlu bantuan, mohon hubungi professional dan pihak berwajib (jika ditemukan masalah grooming pada anak).


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home