Apakah Tuhan Mengenal SARA?
Tanpa sadar manusia terjebak dalam ambivalensi.
SATUHARAPAN.COM – Kegembiraan merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini dilukai dengan insiden Tolikara, Papua. Beberapa hari sebelumnya, kita pun mendengar berita bahwa gereja HKI Samarinda dirubuhkan dengan gergaji mesin. Gunung yang sepertinya menjulang tinggi dengan anggunnya, ternyata memiliki gejolak kasat mata di dalamnya. Mengapa demikian?
Disajikan di televisi bagaimana pengungsi Rohingya saling bertangisan merayakan Idul Fitri di tempat penampungan, demikian juga kekerasan-kekerasan lain telah dilakukan atas nama SARA. Membuat diri bertanya-tanya, ”Bukankah Sang Penciptalah yang menciptakan manusia dengan perbedaan keunikan budaya dan sejarah masing-masing. Apakah kita dapat memilih oleh siapa dan di mana tempat kita dilahirkan? Bukankah semua adalah kehendak Sang Pencipta?”
Tanpa sadar, manusia terjebak dalam ambivalensi. Di satu sisi merasa diri benar karena memiliki iman kepada Yang Maha Pengasih, merasa lebih berharga karena memiliki iman tersebut dibandingkan dengan orang-orang lain yang berbeda, sehingga merendahkan yang lain, membencinya, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kasih yang diusungnya.
Dapatkah di satu sisi kita mengatakan mengasihi Sang Pengasih, tetapi di sisi lain menyakiti ciptaan-Nya dengan alasan karena kasih tersebut?
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...