Aquaponik, Bertani Hemat Air di Gurun Pasir
ABU DHABI, SATUHARAPAN.COM – Uni Emirat Arab saat ini mengimpor hampir 90 persen bahan makanan untuk kebutuhan mereka. Namun demikian ada seorang petani yang mengembangkan teknik bertani aquaponik yang mungkin menawarkan sumber makanan baru dan sekaligus ramah lingkungan bagi daerah gurun tersebut.
Tidak ada bahan kimia, tidak ada pembuahan buatan, dan Anda menggunakan kembali untuk pertanian dan perikanan, kata Jean Yves Mervel, seorang profesor akuakultur di Al Ain University di Uni Emirat Arab dan ahli solusi pertanian di daerah gurun. Dia mengatakan dampak aquaponik terhadap lingkungan sangat minim, seperti diberitakan situs Deutsche Welle, Senin (13/5).
Pertanian aquaponik di Uni Emirat Arab adalah Jabber Al Mazroui, pengusaha berumur 55 tahun. Pertaniannya boleh dikatakan cukup besar yang mencakup lahan 4.000 meter persegi.
Metode pertanian baru ini menggunakan air yang dimanfaatkan untuk pengembangkan ikan, sekaligus menyediakan irigasi dan nutrisi untuk berbagai macam tanaman. Proses ini menghemat banyak air, sehingga sangat relevan dikembangkan di daerah kering seperti Uni Emirat Arab.
Oasis buatannya terletak di gurun, di pinggir jalan yang tenang, sekitar 20 menit perjalanan dengan kendaraan dari pusat kota Abu Dhabi. Al Mazroui mengembangkan lahan itu baru setahun lalu tetapi sudah mulai menuai hasilnya.
Hasil pertanian yang dihasilkan antara lain brokoli, selada, terong, kubis, mentimun, tomat, dan semangka. Sedangkan pepaya masih dalam eksperimen.
Sekitar 1.200 selada kepala (selada kol) dihasilkan per hari dan untuk tomat antara 180-220 kilogram per hari.
Sayuran dijual di supermarket besar di sepanjang Abu Dhabi dan beberapa restoran bintang lima mendatangi Al Mazroui untuk membeli produk aquaponiknya. Semua tanamannya subur, alami dan bebas pestisida.
Yang membuat sistem ini menjadi lebih luar biasa adalah sistemnya yang sepenuhnya mandiri. Setelah air menjadi terlalu kotor untuk ikan, lalu dialirkan untuk tanaman dan merupakan rotasi pemanfaatan air. Tanaman bertindak sebagai filter alami untuk air, sementara pada saat yang sama mengeluarkan nutrisi yang mereka butuhkan. Pada akhir semua itu, air bersih bergerak kembali ke tangki ikan untuk melengkapi siklus (perputaran) tersebut.
Jabber Al Mazroui pria yang pendidikannya hanya sampai kelas tujuh (setingkat kelas satu SMP), tetapi dia mau belajar mandiri dan belajar banyak hal, sehingga mampu menciptakan metode pertanian baru. Metode pertanian yang dikembangkannya dimulai dengan penolakannya pada pertanian yang menggunakan bahan kimiawi. Penemuan metode pertaniannya luar biasa dan membuat Jabber Al Mazroui dipanggil Doktor ketika di universitas. Walau bukan seorang ahli pertanian, pertanian aquaponiknya didukung para ilmuwan.
Di berbagai negara, sistem aquaponik dikembangkan lebih sebagai hobi, bukan industri pertanian. Metode aquaponik dapat digunakan di mana saja di dunia terutama di gurun, di daerah yang paling kekurangan air, dan air digunakan kembali. Ikan dan tanaman dihasilkan bersama-sama.
Editor : Sabar Subekti
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...