AS Ajak Sekutu Kurangi Senjata Nuklir
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama menyerukan kebangkitan kembali nilai-nilai liberal negara Barat seraya mengumumkan rencana pengurangan senjata nuklir, ketika berpidato di Gerbang Brandenburg, Berlin (19/6), Jerman.
Obama mengajak negara-negara sekutu untuk mengurangi senjata nuklir hingga sepertiga (sekitar 33 persen) dari jumlah kepemilikan senjata mereka.
"Kami berada di jalur untuk memotong nuklir ke tingkat terendah sejak tahun 1950-an ... tapi kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan, jadi saya mengumumkan untuk dapat menjamin keamanan AS dan sekutunya yaitu dengan cara mengurangi senjata yang disimpan hingga sepertiganya," kata Obama, seperti dilansir dari situs guardian.
"Selama ada senjata nuklir, kita tidak benar-benar aman," kata Obama berdiplomasi, didampingi Kanselir Jerman, Angela Merkel.
"Ancaman terhadap kebebasan tidak hanya datang dari luar, tetapi mereka bisa datang dari dalam, dari ketakutan kita sendiri. Selama lebih dari satu dekade, Amerika telah berperang, tapi banyak yang berubah ... tidak ada bangsa yang dapat mempertahankan kebebasannya jika tidak bergerak di luar pola pikir perang abadi," ujar Barack Obama, yang saat itu tampak berkeringat kepanasan.
Obama mengisyaratkan agar Jerman mendukung intervensi AS ke negara-negara seperti Suriah.
"Kita tidak bisa mendikte perubahan cepat di dunia Arab, tapi kita harus menolak alasan bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa untuk mendukungnya," kata Obama.
Dalam lawatannya ke Berlin, Obama diterpa dua skandal program keamanan AS: satu, mengenai pesawat perang tanpa awak dan kedua, program penyadapan telepon dan internet. Angela Merkel yang hadir saat itu menyampaikan dukungannya bahwa informasi yang diterima dari otoritas AS telah membantu menggagalkan rencana teroris di Jerman pada tahun 2007.
Barack Obama adalah Presiden AS ke-empat, setelah John F. Kennedy, Ronald Reagan, dan Bill Clinton yang berpidato di jalan bekas reruntuhan tembok Berlin, yang telah memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur selama 28 tahun.
Editor : Yan Chrisna
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...