AS Akui Bunuh 6000 Gerilyawan NIIS
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Amerika Serikat percaya bahwa pihaknya telah membunuh sekitar 6.000 ekstremis dalam serangan udaranya terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS). Hal ini diungkapkan oleh pejabat pertahanan negara Paman Sam itu, Kamis (22/1).
Kendati demikian, Kepala Pentagon, Chuck Hagel, memperingatkan untuk tidak menjadikan “jumlah ekstremis yang dibunuh itu” sebagai ukuran kemajuannya dalam perang.
Estimasi tentang berapa banyak gerilyawan NIIS yang terbunuh dalam serangan udara yang dipimpin AS itu merupakan estimasi pertama yang dikutip oleh Duta Besar AS untuk Irak, Stuart Jones. Ia mengemukakannya dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh televisi Al-Arabia, kemarin.
Pejabat pertahanan AS enggan mengonfirmasi jumlah tersebut namun menegaskan bahwa militer tidak memprioritaskan ukuran tersebut.
Tidak ada konfirmasi independen tentang perkiraan korban jiwa dan masih tidak jelas berapa banyak warga sipil yang mungkin secara tidak sengaja terbunuh dalam serangan tersebut.
Namun jika jumlah tersebut akurat, hal tersebut akan menunjukkan bahwa koalisi yang dibangun AS telah membuat kehancuran besar bagi kelompok NIIS sejak serangan udara dimulai di Irak pada 8 Agustus dan di Suriah pada 23 September.
Jumlah korban tersebut menunjukkan bahwa serangan bom telah menyapu sekitar 20 hingga 30 persen kekuatan tempur kelompok NIIS, yang diperkirakan antara 20.000 hingga 31.500 gerilyawan. Ini didasarkan pada estimasi Central Intelligence Agency (CIA) yang dirilis tahun lalu.
Hagel mengatakan dalam konferensi pers bahwa dirinya tidak dapat mengonfirmasi 6.000 korban tewas tersebut. Namun, ia mengatakan bahwa “ribuan” gerilayawan NIIS telah terbunuh dalam serangan pengeboman yang dipimpin AS.
“Kami tahu bahwa ribuan gerilyawan NIIS telah tewas, dan kami tahu bahwa beberapa pemimpin NIIS juga sudah kehilangan nyawa,” katanya. (AFP/Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...