AS Berhasil Uji Dua Rudal Hipersonik
WASHINGTON DC, SATUARAPAN.COM-Amerika Serikat berhasil menguji dua rudal hipersonik Lockheed Martin Corp baru-baru ini, kata Pentagon pada hari Rabu (13/7), di tengah meningkatnya kekhawatiran Rusia dan China telah lebih berhasil mengembangkan senjata hipersonik mereka sendiri.
Angkatan Udara AS mengkonfirmasi bahwa mereka berhasil menguji booster Air-Launched Rapid Response Weapon (ARRW) pada hari Selasa (12/7) di lepas pantai California. Reuters melaporkan tes ARRW sebelumnya pada hari Rabu di mana booster dibawa tinggi-tinggi di bawah sayap B-52H sebelum diluncurkan. Dalam tes sebelumnya, senjata tidak terlepas dari pesawat.
“Tes sukses kedua ini menunjukkan kemampuan ARRW untuk mencapai dan menahan kecepatan hipersonik operasional, mengumpulkan data penting untuk digunakan dalam tes penerbangan lebih lanjut, dan memvalidasi pemisahan yang aman dari pesawat,” kata Lockheed dalam sebuah pernyataan.
Brigadir Jenderal Angkatan Udara, Heath Collins, pejabat eksekutif program, Direktorat Persenjataan, mengatakan, “Kami sekarang telah menyelesaikan seri uji booster kami dan siap untuk maju ke pengujian menyeluruh akhir tahun ini.” Semua termasuk booster dan hulu ledak.
Senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer (3.853 mil) per jam.
Dalam tes senjata hipersonik terpisah, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) mengkonfirmasi bahwa mereka berhasil melakukan tes pertama senjata hipersonik Operational Fires. Tes dilakukan di White Sands Missile Range di New Mexico.
Tes yang berhasil menunjukkan kemajuan di antara berbagai upaya pengembangan senjata hipersonik AS, yang dalam beberapa kasus telah menghadapi tes yang gagal, meningkatnya pertanyaan tentang biaya dan meningkatnya kekhawatiran bahwa Amerika Serikat tertinggal dalam apa yang telah menjadi perlombaan senjata negara adidaya.
Operational Fires adalah sistem yang diluncurkan dari darat yang akan “secara cepat dan tepat menyerang target kritis dan sensitif terhadap waktu sambil menembus pertahanan udara musuh modern.” DARPA telah meminta dan menerima US$45 juta untuk OpFires pada tahun fiskal 2022.
Salah satu konsep Lockheed Martin untuk senjata DARPA adalah menggunakan peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang ada, seperti yang dikirim ke Ukraina, untuk meluncurkan senjata.
Tes yang berhasil ini dilakukan setelah uji terbang 29 Juni yang gagal dari jenis senjata hipersonik yang berbeda, Common Hypersonic Glide Body, di Pacific Missile Range Facility di Hawaii.
Kontraktor pertahanan berharap untuk memanfaatkan peralihan ke senjata hipersonik tidak hanya dengan membangunnya, tetapi juga dengan mengembangkan mekanisme deteksi.
Pembuat senjata seperti Lockheed, Northrop Grumman Corp dan Raytheon Technologies Corp semuanya telah menggembar-gemborkan program senjata hipersonik mereka kepada investor karena fokus dunia bergeser ke perlombaan senjata baru untuk kelas senjata yang baru muncul. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...