AS dan Uni Eropa Serukan Turki Bebaskan Osman Kavala
SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat dan Uni Eropa meminta Turki untuk membebaskan pengusaha dan filantropis, Osman Kavala, yang dipenjara, yang pada Senin (27/7) menandai hari ke 1.000 di penjara tanpa hukuman dan meskipun dibebaskan dari kasus sebelumnya.
Kavala telah berada di penjara sejak November 2017. Dia awalnya dituduh mendanai protes nasional pada tahun 2013, tetapi dia dibebaskan dari tuduhan itu pada bulan Februari dan diperintahkan untuk dibebaskan.
Namun, beberapa jam setelah pembebasan, ia diperintahkan untuk ditahan karena kasus lain terkait dengan upaya kudeta 2016 yang gagal, dan kemudian secara resmi ditangkap lagi. Tuduhan atas kasus yang sama diubah pada bulan Maret menjadi spionase, tetapi dakwaan belum disiapkan. Kavala menyangkal semua tuduhan itu.
Wakil Juru Bicara Kepala Departemen Luar Negeri AS, Cale Brown, menyerukan pembebasan Kavala karena ia belum dihukum. "Kami menyerukan kepada Turki untuk mematuhi komitmennya sendiri terhadap keadilan dan supremasi hukum dan untuk membebaskan Osman Kavala dari penahanan, sambil mengupayakan resolusi yang adil, transparan, dan cepat untuk kasusnya," kata Brown dalam sebuah pernyataan hari Senin (27/7) malam.
Nacho Sanchez Amor, pelapor Turki di Parlemen Eropa, mengatakan Kavala telah menjadi ujian bagi ketulusan Turki terkait dengan hak asasi manusia. "Kami mendorong dan mendorong lagi untuk keadilan nyata di Turki," katanya.
Para kritikus mengatakan independensi peradilan Turki dari politik telah terkikis dalam beberapa tahun terakhir. Namun Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Partai AKP-nya yang berkuasa mengatakan pengadilan mengambil keputusan secara independen.
Dalam sebuah pernyataan yang menandai 1.000 hari dalam penahanannya, Kavala mengatakan: "Sistem penegakan hukum paralel telah digerakkan, yang memungkinkan untuk menahan orang-orang yang “perlu” di penjara, terlepas dari fakta yang ada dan informasi konkret tentang kegiatan mereka."
Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa juga menyerukan pembebasan Kavala, karena bukti yang tidak memadai terkait dengan kudeta yang gagal pada tahun 2016 dan protes tahun 2013. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...