AS Segera Tarik 2.000 Tentara dari Suriah
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Pemerintahan Presiden Trump akan menarik ke-2.000 tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Suriah, sambil Gedung Putih menyatakan kemenangan dalam mengalahkan militan ISIS di negara itu.
Perencanaan penarikan pasukan itu sudah dimulai dan tentara Amerika akan meninggalkan Suriah secepat mungkin, kata seorang pejabat yang dikutip kantor berita Associated Press.
Presiden Trump mengatakan pasukan Amerika tidak lagi diperlukan di negara yang hancur karena dikoyak perang saudara yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Trump telah mengatakan sejak ia masih calon presiden, bahwa ia akan menarik semua pasukan Amerika dari Timur Tengah, tapi para pejabat pertahanan Amerika mengatakan masih ada kantong-kantong yang dikuasai oleh ISIS di Suriah.
Kebijakan Amerika selama ini adalah terus mempertahankan pasukannya sampai semua kelompok ekstremis berhasil dimusnahkan.
Selain itu, kata para pejabat Pentagon. Pasukan Amerika masih diperlukan untuk melawan kelompok militan yang didukung Iran di Suriah. Kata Presiden Trump dalam cuitannya lewat Twitter:
“Kita telah mengalahkan ISIS di Suriah. Ini adalah satu-satunya alasan saya mempertahankan pasukan Amerika disana dalam masa jabatan saya.”
Pesan Twitter itu menyusul sejumlah laporan media yang mengatakan bahwa Amerika sedang bersiap-siap untuk menarik pasukannya dari Suriah.
Tapi laporan tentang penarikan pasukan itu segera mendapat kecaman dari Kongres Amerika. Kata Senator Partai Republik Marco Rubio, “Penarikan pasukan dengan cepat dan adalah suatu kesalahan besar dan akan menimbulkan dampak luas, selain dari usaha melawan ISIS.”
Kata juru bicara Pentagon, Kolonel Rob Manning, “Sampai saat ini kami masih akan melanjutkan tugas-tugas kami bersama para mitra kami di kawasan itu.”
Pasukan Amerika pertama kali meluncurkan serangan udara atas pejuang ISIS di Suriah tahun 2014, dan setelah itu mengadakan kerjasama dengan pasukan Suriah untuk melawan ISIS. Pentagon mengatakan, kini ISIS hanya menguasai satu persen dari seluruh kawasan yang pernah mereka kuasai.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kini Rusia mempunyai senjata paling baru tidak bisa ditandingi oleh negara manapun. Rusia adalah negara lain yang terlibat dalam kemelut di Suriah, dan memberikan bantuan kepada pemerintahan presiden Bashar al-Assad.
Ketika bertemu dengan para pejabat tinggi militer di Moskow hari Selasa (18/12), Putin secara khusus menyebut rudal hipersonik yang diberi nama Kinzhal.
“Kinzhal adalah rudal yang bisa meluncur dengan kecepatan hipersonik dan sekaligus merupakan senjata jarak menengah yang bisa mencapai sasaran sejauh 2.000 km. Kinzhal tidak ada tandingannya diseluruh dunia, karena kecepatannya 10 kali dari kecepatan suara,” kata Putin.
Putin agaknya ingin mengatakan bahwa rudal Rusia itu adalah tanggapan atas rencana Amerika menarik diri dari perjanjian senjata nuklir jarak menengah yang ditandatangani tahun 1987.(VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...