AS: Serangan Udara Rusia 90% Menargetkan Oposisi Suriah
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 90 persen serangan udara Rusia di wilayah Suriah menargetkan pasukan oposisi, bukan Daesh atau kelompok yang berafiliasi pada Al-Qaeda, kata seorang pejabat Amerika Serikat, hari Rabu (7/10). Daesh adalah sebutan dalam bahasa Arab untuk Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS)
"Mereka menyerang melawan kelompok oposisi yang ingin masa depan yang lebih baik bagi Suriah dan tidak ingin melihat rezim (Presiden Suriah Bashar) Al-Assad tetap berkuasa," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS,John Kirby , dalam konferensi pers, seperti disebutkan dalam situs departemen itu.
Kirby mencatat bahwa tindakan Rusia di Suriah "sebagian besar reaktif" atas tekanan internasional terhadap Al-Assad.
"Saya tidak akan menyebut apa yang mereka lakukan sebagai strategi," kata Kirby. "Ini adalah taktik yang gagal untuk mempertahakan kekuasaannya, bahkan jika itu yang diperoleh dalam kesepakatan bersama, mendukung dia hanya akan memperpanjang konflik."
Kirby menegaskan bahwa situasi di Suriah tidak akan berubah jika Al-Assad tetap berkuasa dan mendapat dukungan dari Rusia. Dia menambahkan bahwa kegiatan militer Rusia saat ini di kawasan itu adalah "kesalahan" dan tidak baik untuk masa depan Suriah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, John Kirby. (Foto: Ist)
Beda Pandangan
AS mengumumkan, setelah Barack Obama, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, bertemu di New York pekan lalu bahwa kedua negara akan membuka "jalur komunikasi" untuk mencegah konflik terkait k operasi udara di Suriah.
Namun sehari setelah pertemuan itu, pesawat tempur Rusia mulai menyerang target oposisi Suriah di wilayah Suriah.
"AS menunggu Rusia untuk memberikan tanggapan resmi atas apa yang disampaikan pekan lalu untuk beberapa upaya mengatasi konlik secara mendasar," kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest.
Sementara itu, beberapa laporan media menyatakan pemerintah Irak menyambut serangan udara Rusia di Suriah. Nmun Earnest membatah dan mengatakan tidak ada dari 65 anggota koalisi yang yang memerangi Daesh yang mendukung tindakan Rusia. Irak adalah anggota koalisi yang dipimpin AS.
Sementara Moskow menegaskan bahwa pihanya hanya menargetkan Daesh dan bukan kelompok lain yang berafiliasi dengan negara-negara Barat dan sekutu Teluk mereka dipercaya moderat, termasuk warga sipil, yang menjadi korban serangan udara Rusia.
Rusia dan Amerika Serikat memiliki pandangan yang berbeda dalam memerangi Daesh. AS ingin menghancurkan Daesh dan mengganti Al-Assad, tetapi Rusia ingin melawan Daesh, dengan memberi bantuan pada Al-Assad.
Perbedaan samping, Washington mencari inklusi Rusia dalam koalisi lebih dari 60 negara berkomitmen untuk memerangi militan.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...