AS Siap Kirimkan Senjata ke Pemberontak Suriah
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Militer Amerika Serikat (AS) siap meningkatkan pengiriman suplai kepada pasukan pemberontak yang memerangi ISIS di Suriah utara, ujar seorang pejabat AS pada Kamis (15/10), beberapa hari setelah pengiriman awal amunisi via udara.
Pejabat itu, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa Pentagon siap meningkatkan pengiriman amunisi beserta senjata, asalkan pemberontak bisa membuktikan bahwa mereka mampu memerangi ISIS di lapangan.
“Akan terdapat lebih banyak pengiriman, namun hanya jika mereka bisa menunjukkan bahwa mereka menggunakannya dalam cara yang efektif melawan ISIS,” ujar pejabat itu.
“Saat mereka menunjukkan hasilnya, paket bantuan itu akan semakin ditingkatkan dan serangan-serangan udara AS akan terjadi di sejumlah tempat yang menguntungkan bagi operasi mereka.”
Pejabat itu menyebut program mempersenjatai pemberontak itu sebagai “program berbasis performa.”
“Kami membuka kemungkinan pada beragam hal termasuk pengiriman beberapa senjata,” tambahnya. “Jika mereka gagal… jika senjata-senjata tersebut jatuh ke tangan yang salah, maka pengiriman kepada kelompok-kelompok tertentu itu akan dihentikan.”
Pasukan koalisi AS pada hari Minggu lalu mengirimkan 50 ton amunisi senjata ringan dan roket kepada pemberontak yang memerangi ISIS.
Sedangkan intervensi militer Rusia di Suriah tidak akan menyelamatkan Presiden Bashar al Assad, ungkap Presiden Prancis Francois Hollande setelah KTT Uni Eropa menyerukan transisi politik untuk mendapatkan pemimpin baru, hari Jumat (16/10).
“Telah dinyatakan dengan jelas bahwa Bashar tidak bisa menjadi pemimpin masa depan. Kami harus secepat mungkin menuju transisi politik,” ujar Hollande dalam konferensi pers setelah KTT di Brussel.
“Intervensi Rusia dari titik pandang ini dapat mendukung rezim tapi tidak akan menyelamatkan Bashar,” tambahnya.
Serangan terbaru Rusia menargetkan Provinsi Damaskus, Idlib, Hama, Deir Ezzor dan Aleppo.
Kremlin mengatakan bahwa tujuan operasi udara yang diluncurkan Rusia di Suriah pada 30 September adalah untuk membantu pasukan Assad dalam memerangi kelompok ekstremis ISIS.
Campur tangan Rusia dalam konflik tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan konfrontasi dengan koalisi pimpinan AS yang memulai serangan udara melawan ISIS di Suriah dan Irak lebih dari setahun lalu.
Lebih dari 245.000 orang tewas dan lebih dari empat juta orang mengungsi dari Suriah sejak pertempuran meletus pada Maret 2011 (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...