Asap
Api hanya bisa dilawan oleh air.
SATUHARAPAN.COM – Kurang lebih selama dua bulan terakhir asap menutupi sebagian daratan Pulau Sumatera dan Kalimantan. Penyebabnya, selain faktor kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan, juga ada unsur kesengajaan dari pihak-pihak yang tidak berperikemanusiaan. Ada orang per orang atau pun korporasi yang dengan sengaja membakar lahan hutan atau perkebunan. Pihak perusahaan pemilik perkebunan membakar lahan karena dinilai lebih efisien dan hemat sebelum lahan itu ditanami kembali. Sementara pembakar lainnya ingin membuka lahan baru untuk perkebunan ataupun permukiman.
Akibat terbakarnya lahan hutan dan perkebunan yang sangat luas itu, asap pun membubung dan menutupi kawasan. Penduduk Riau, Sumatera Selatan, dan sekitarnya sudah sangat menderita gara-gara kepungan asap ini. Aktivitas dan kesehatan warga tergangggu. Roda perekonomian pun tersendat. Miliaran atau triliunan rupiah terbuang. Negara tetangga terdekat seperti Singapura dan Malaysia hanya bisa melayangkan protes keras.
Karena upaya-upaya yang dilakukan pemerintah tidak membuahkan hasil yang signifikan, ditambah hujan yang tidak turun-turun, jangkauan asap pun semakin meluas. Kabar terbaru, asap Sumatera bahkan sudah mencapi Thailand selatan!
Bencana asap ini merupakan peristiwa rutin setiap musim kemarau. Bedanya, tahun ini pemerintah sudah memperlihatkan sikap tegas dengan mengusut dan menindak pihak-pihak yang diduga menjadi penyebab terjadinya kebakaran tersebut. Ratusan orang telah ditahan terkait bencana asap ini. Sementara itu sejumlah perusahaan sudah ditindak. Namun, sejauh ini kepungan asap belum mereda. Daerah-daerah yang relatif dekat ke titik-titik api, udaranya sudah masuk kategori berbahaya. Banyak warga yang terkena serangan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut).
Berbagai cara sudah ditempuh oleh pemerintah untuk memadamkan titik-titik api, termasuk mengerahkan pasukan TNI. Tetapi, hasilnya tidak begitu terlihat. Akhirnya kita harus sadar, api memang hanya bisa dilawan dengan air. Sayangnya, beberapa kali percobaan hujan buatan juga mengalami kegagalan. Harapan terakhir tampaknya hanya terletak pada musim hujan yang semoga saja mulai di bulan Oktober ini.
Sekali lagi, dengan berulangnya musibah ini, kita makin disadarkan bahwa api memang hanya bisa dilawan dengan air. Karena itu, untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa-masa mendatang, pemerintah dan pihak-pihak terkait harus berani melakukan terobosan besar dan berani. Misalnya dengan memasang pipa-pipa dari sumber-sumber air ke titik-titik yang berpotensi terbakar. Bila kebakaran mulai terjadi, petugas akan mudah menjangkau api. Titik-titik api akan mudah dilokalisasi dengan menyemprotkan air yang sudah tersedia secara melimpah.
Bagaimanapun juga, cara ini jauh lebih efisien, praktis, hemat dan cerdas ketimbang membiarkan api terus menggila yang membuat asap makin merajalela. Biaya yang dibutuhkan untuk memasang pipa-pipa air pasti jauh lebih kecil dibanding kerugian materi dan jiwa yang ditimbulkan.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...