Asia Tenggara Butuh Saluran Migrasi, Cegah Penyelundupan Manusia
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM – Asia Tenggara membutuhkan saluran migrasi yang berbadan hukum dalam rangka membantu penumpasan penyelundupan manusia.
"Di sini butuh saluran migrasi legal jadi jangan sampai pada akhirnya kita secara tidak sadar membantu para penyelundup," kata Direktur Jenderal Organisasi Migrasi Internasional (IOM) William Lacy Swing kepada sejumlah wartawan di Bangkok, hari Kamis (3/12) seperti diberitakan Reuters.
IOM mengeluarkan pendapat itu beberapa hari setelah pihaknya mendesak dilakukannya upaya untuk mencegah bencana tahun ini terulang, yaitu saat ratusan pengungsi hilang di laut atau tewas di hutan.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bulan lalu membentuk masyarakat ekonomi untuk membebaskan modal dan perdagangan, namun membatasi aturan pergerakan buruh, meskipun kawasan itu memiliki jutaan pekerja migran.
"Jika pihak berwenang yang mengeluarkan visa tidak dapat memberikan jalan bagi mereka untuk medapatkan pekerjaan, tentunya mereka akan mendatangi penyelundup dan membayar sejumlah uang,” Lacy Swing menambahkan.
Menurut catatan IOM, seperti dikemukakan Lacy Swing, ratusan pekerja migran dari Bangladesh dan Myanmar telah melarikan diri dari penganiayaan dan kemiskinan baru-baru ini, memasrahkan kehidupan mereka di tangan penyelundup manusia untuk mencapai negara-negara berprospek lebih bagus di Asia Tenggara dan sekitarnya.
Lacy berbicara menjelang berlangsungnya pertemuan di Bangkok pekan ini untuk membahas krisis migran. Pertemuan itu merupakan tindak lanjut pembahasan pada Mei, ketika bencana kemanusiaan itu terbentang, seperti negara-negara Eropa yang bergulat menangani para pengungsi yang menyelamatkan diri dari perang di Suriah dan Irak.
Tindakan pencegahan polisi Thailand terhadap kelompok-kelompok penyelundup manusia memicu krisis di kawasan pada awal tahun ini. Krisis diikuti dengan penemuan 30 jenazah di kuburan dekat perbatasan Thailand-Malaysia pada bulan Mei, yang memicu kecaman internasional.
Tindakan keras telah memutus rute penyelundupan, menyisakan ribuan migran terbengkalai di lautan. Lebih dari 4.000 dari pengungsi itu mendarat di Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, and Bangladesh. (Ant/reuters.com).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Putin Bantah Rusia Kalah di Suriah, Sebut Akan Bertemu Assad
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan pada Kamis (19/12) bahwa Rusia be...