Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Setyomurti 11:30 WIB | Minggu, 12 Juli 2015

Atas Nama Cinta

Ada berbagai faktor yang bisa memengaruhi masa depan anak.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Sebagai anak, seharusnya kamu menuruti apa kata orangtua! Ini semua karena kami mencintai kamu. Orangtua tidak akan menjerumuskan kamu ke arah yang tidak baik. Ini jurusan yang popular dan sangat dibutuhkan saat ini. Kamu masuk jurusan keperawatan! Saat ini kamu juga harus mempertimbangkan keadaan keuangan keluarga!Apalagi kamu anak laki-laki pertama dalam keluarga. Harus dipikir dengan sangat cermat untuk memilih jurusan supaya nanti mudah untuk mendapatkan pekerjaan! Kesempatan untuk memperoleh pekerjaan di masa depan semakin sulit. Dan persaingan  semakin hari semakin ketat.” Demikianlah cuplikan percakapan orangtua yang  memilihkan  jurusan studi yang dianggap memiliki prospek yang baik untuk masa depan anaknya.

Anak memang belum mandiri secara ekonomi. Tetapi anak yang sudah  mengenyam pendidikan sampai  jenjang SMA dan mau masuk kuliah tentu memiliki kepribadian dan kemandirian berpikir  yang sudah cukup matang. Meski mungkin belum matang benar, orangtua  peru menghargainya bukan?

Nasihat Kahlil Gibran, penyair asal Libanon, menarik disimak: ”Anakmu bukanlah anakmu. Mereka adalah anak-anak Kehidupan, yang merindukan dirinya sendiri. Mereka datang melalui engkau, tetapi tidak berasal darimu. Dan meski mereka hidup bersamamu, namun mereka bukan milikmu. Engkau boleh memberikan hatimu, tetapi tidak pikiranmu. Karena mereka mempunyai pikiran sendiri. Engkau  boleh beri rumah pada raganya, tetapi tidak pada jiwanya.”

Anak adalah seorang pribadi. Orangtua tidak berhak untuk memaksakan dan menentukan merah atau putih, bulat atau segitiga kehidupannya.  Ia adalah pribadi yang seharusnya diberi ruang selebar-lebarnya untuk pada akhirnya  dapat membangun dengan baik masa depannya sendiri.

Nasihat dan wawasan  tentu perlu guna membukakan pikiran anak untuk sampai pada pengambilan keputusan yang matang. Namun, pemaksaan orangtua  dengan alasan cinta sekalipun adalah pelanggaran terhadap hak anak dalam menentukan masa depannya sendiri. 

Apalagi kalau kita menyadari bahwa masa depan—baik atau buruk, berhasil atau gagal—tidak tidak hanya ditentukan oleh hasil studi seorang anak. Ada berbagai faktor yang  bisa memengaruhi keberhasilan masa depan seorang anak. Terlebih tangan Tuhan yang Mahakuasa yang mempunyai kedaulatan atas masa depan anak-anak-Nya.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home