Australia Katakan Spionasenya untuk Kepentingan Rekannya
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada Minggu (16/2) mengatakan bahwa pemerintahannya menggunakan materi intelijen “untuk kepentingan rekan-rekan kami” dan “untuk menegakkan nilai-nilai yang kami miliki” menyusul laporan baru spionasenya di Indonesia.
Hubungan antara negara tetangga itu jatuh ke titik terendah dalam beberapa tahun pada November setelah laporan bahwa Australia menyadap ponsel Presiden Bambang Yudhoyono, istrinya dan beberapa pejabat tinggi pada 2009.
Jakarta menanggapi klaim tersebut dengan marah, yang berasal dari dokumen yang dibocorkan oleh buronan intelijen AS Edward Snowden, memanggil duta besarnya dan menghentikan kerja sama dengan Australia di beberapa sektor penting, salah satunya isu tentang penyelupan manusia.
Klaim pertama yang dipublikasikan di New York Times pada Minggu menduga bahwa badan Australia memata-matai pejabat Indonesia selama sengketa perdagangan dengan AS dan menawarkan pembagian informasi bersama dengan AS.
Abbott menolak mengonfirmasi laporan tersebut, juga berdasarkan materi yang dibocorkan Snowden, bahwa Signals Directorate mengetahui perundingan dagang antara warga Indonesia dan pengacara AS mereka dan menawarkan informasi yang diperoleh Badan Keamanan Nasional AS.
“Kami tidak pernah mengomentari masalah intelijen operasional, yang sudah menjadi praktik lama pemerintah Australia dari kedua paham politik,” kata Abbott kepada wartawan.
Namun, Abbott melihat bahwa Australia tidak “menggunakan apa pun yang kami kumpulkan sebagai bagian dari operasi keamanan dan intelijen kami untuk merugikan negara-negara lain.”
“Kami menggunakannya untuk kepentingan rekan-rekan kami. Kami menggunakannya untuk menegakkan nilai-nilai yang kami terapkan,” katanya. (AFP)
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...