Thailand Deportasi Muslim Rohingnya ke Myanmar
THAILAND, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Thailand mengumumkan bahwa 1300 pengungsi Rohingnya telah dipulangkan ke Myanmar tahun lalu.
Mereka sebelumnya ditahan di pusat penahanan Thailand dan dideportasi akhir tahun lalu, namun berita ini baru saja muncul.
Kelompok hak asasi manusia (HAM) mengkritik langkah pemerintah Thailand tersebut. Mereka mengatakan bahwa Rohingnya menghadapi berbagai macam penganiayaan di negaranya Myanmar.
Ribuan Muslim Rohingnya telah melarikan diri dari Myanmar karena mengalami kekerasan etnis dan sektarian dalam beberapa tahun terakhir ini.
Kekerasan yang terparah terhadap Rohingnya terjadi di negara bagian Rakhine, bagian barat Myanmar, di sana telah terjadi pertempuran yang sengit antara umat Buddha dan Muslim. Kelompok HAM mengatakan bahwa puluhan ribu orang mengungsi di sana dan masih banyak yang tinggal di kamp pengungsian.
Etnis Rohingnya dianggap bukan merupakan warga negara Myanmar dan ditolak oleh Myanmar dan negara tetangga mereka, Bangladesh, yang sudah menjadi tuan rumah dari beberapa ratus ribu pengungsi dari Myanmar dan mengatakan bahwa mereka tidak lagi sanggup menampung.
“Deportasi itu bersifat sukarela. Kami mengirim mereka kembali dengan jumlah 100-200 orang sekaligus,” kata Polisi, Letnan Jenderal Pharnu Kerdlarpphon kepada AFP.
“Orang-orang ini mengatakan bahwa mereka tidak bisa melihat masa depan saat ditahan di Thailand, sehingga mereka memilih untuk kembali,” tambahnya.
Namun, pengumuman itu menuai kecaman.
“Pendeportasian warga etnis Rohingnya merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional yang melarang mengirim kembali para pengungsi dan pencari suaka ke tempat di mana mereka dapat menghadapi bahaya dan penganiayaan,” kata Sunai Phasuk, seorang peneliti senior, Human Rights Watch.
Banyak dari mereka telah mencoba perjalanan laut yang berbahaya dengan perahu kecil, sebagian besar ke Malaysia. Badan bantuan mengatakan mereka rentan terhadap cuaca buruk, mesin rusak, atau dijual oleh orang-orang dari perdagangan manusia di Thailand. (bbc.co.uk/AFP)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...