Australia Serukan Lebih Banyak Cara Perangi Masalah Terorisme
Teroris tampak lebih muda, lebih ganas, dan saling berhubungan...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, telah memimpin pertemuan khusus Dewan Keamanan PBB di New York. Bishop menyerukan agar komunitas internasional melakukan lebih banyak hal untuk memerangi terorisme.
Australia mendekati masa akhir dari dua tahun duduk sebagai anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Dengan perannya, Australia telah diberi kesempatan untuk menjadi juru kunci dalam menangani masalah-masalah internasional, seperti penanganan kecelakaan pesawat milik Malaysia Airlines MH17 dan ancaman dari kelompok yang menamakan diri Negara Islam (IS).
Pada pertemuan Kamis (20/11) ini di markas PBB, pertemuan akan memfokuskan pada masalah ancaman jihad di Irak dan Suriah.
Salah satu pembahasan adalah mengambil langkah apa yang telah dirumuskan dalam rapat Dewan Keamanan pada September lalu.
Mereka akan mencoba menemukan berbagai cara untuk mencegah warga bepergian ke kawasan Timur Tengah dan daerah konflik, untuk bergabung dan berjuang bersama kelompok militan.
Menghentikan Ancaman dari Ajaran Radikal
Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan masyarakat internasional harus menunjukkan kepemimpinan dan melakukan apa pun agar bisa menghentikan ancaman dari ajaran radikal di seluruh dunia.
"ISIL (Negara Islam di Irak dan Suriah) dan sejenisnya merupakan penghinaan terhadap Islam. Kita semua, termasuk masyarakat Muslim sendiri, harus berbuat lebih banyak agar menolak kekerasan ekstremis oleh teroris dan mengecam ajaran-ajaran radikal soal kebencian di antara kita," ujar Bishop.
Menurut Bishop, setiap negara memiliki kewajiban untuk mencegah aksi teror. Tak hanya itu Bishop juga menegaskan bahwa setiap negara pun punya kewajiban untuk tidak “mengekspor” kemampuan teroris ke negara lain.
Bishop juga menyerukan penunjukan utusan PBB untuk menyampaikan "pesan yang terkoordinasi dan strategis" untuk mengatasi penyebaran kekerasan oleh para ekstremis.
"Ancaman dari ISIL atau Daish, Front Al-Nusra, dan kelompok lain yang memiliki kaitan dengan Al-Qaeda lebih berbahaya, lebih global, dan lebih beragam dari sebelumnya," Bishop menegaskan.
"Teroris tampak lebih muda, lebih ganas, dan saling berhubungan. Mereka adalah pakar pengguna jejaring sosial untuk melakukan teror dan merekrut, sangat jago dalam teknologi. Mereka menghasut satu sama lain."
Ia mencontohkan bagaimana anak muda berusia 17 tahun dari Melbourne yang dibesarkan seperti layaknya warga Australia, aktif berolahraga di sekolah dan baru-baru ini berpergian ke Iran dan meledakkan diri di sebuah pasar di Baghdad, dan melukai 90 orang.
Membatalkan Paspor 70 Warga
Bishop juga menjelaskan Pemerintah Australia telah mengambil langkah yang diperlukan untuk memerangi terorisme di dalam negeri.
"Pemerintah Australia telah membatalkan paspor lebih dari 70 warga Australia yang dicurigai berencana melakukan aksi teroris, atau terlibat dalam kekerasan dengan motif politik luar negeri," katanya.
Menurutnya, Australia mengirim pasukan ke Timur Tengah atas permintaan Pemerintah Irak, dan bukan karena diminta Irak atau Amerika Serikat untuk meningkatkan kontribusinya bagi koalisi internasional terhadap kelompok militan.
Para utusan PBB akan memberikan bimbingan kepada pemerintah di seluruh dunia, dan turut membantu mereka mengembangkan kapasitas untuk melawan ekstremis Islam yang memanfaatkan jejaring sosial dan platform digital lainnya. (radioaustralia.net.au)
Editor : Sotyati
MK Kabulkan Sebagian Permohonan Partai Buruh Soal UU Cipta K...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian permohonan Partai Buruh dan...