Australia Tolak Moratorium pada Tambang Batubara Baru
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, pada hari Selasa (27/10) menolak moratorium terhadap tambang batubara baru yang didesak warga berpengaruh dan pemimpin Pasifik – yang menurut mereka dapat menyebabkan pemanasan global.
Sebanyak 61 warga Australia, termasuk ilmuwan peraih Nobel Peter Doherty, menulis sebuah surat terbuka kepada para pemimpin dunia. Surat tersebut menyerukan agar ekspor batu baru dimasukkan dalam agenda perundingan iklim Perserikatan Bangsa-bangsa mendatang di Paris.
“Batubara Australia menyebabkan perubahan iklim, dengan dampak kesehatan globalnya,” tulis mereka dalam surat yang dipublikasikan pada Selasa di The Sydney Morning Herald.
Surat tersebut dibuat setelah presiden negara Pasifik Kiribati, Anote Tong, mendesak moratorium global terhadap perluasan tambang batubara baru untuk mempertahankan pemanasan global di bawah tingkat yang berbahaya.
Dataran rendah Kiribati, seperti banyak negara Pasifik lain, khawatir bahwa isu tersebut akan menghilang tanpa intervensi besar dari kontributor perubahan iklim utama.
Australia adalah eksportir batubara terkemuka yang memiliki cadangan mineral besar, yang mereka rencanakan akan diekspor ke India dan tempat lain dengan mempertimbangkan puluhan proyek batubara baru.
Turnbull menolak kemungkinan bahwa mereka akan menurunkan industrinya. “Saya tidak setuju dengan ide moratorium pada eksploitasi tambang. Jika Australia berhenti mengekspor batubara, negara-negara yang mengimpor batubara dari kami akan dengan mudah membelinya dari tempat lain,” katanya kepada wartawan. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...