UNESCO Gelar Pertemuan Evaluasi Media di Libya
MADRID, SATUHARAPAN.COM - Organisasi Kebudayaan dan Pendidikan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) menyelenggarakan pertemuan yang bertujuan meningkatkan profesional dan Etika Standar Manajemen Media di Libya.
“Di semua negara, wartawan adalah mata bagi masyarakat luas agar warga memahami realitas. Para peserta berusaha memahami deklarasi tentang profesionalisme media sangat penting, saat ini media menunjukkan kesadaran tanggung jawab yang besar kepada masyarakat,” kata Ignacio Ybanez, Sekretaris Negara Spanyol untuk Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama, seperti diberitakan situs resmi UNESCO, hari Selasa (27/10), di pertemuan di Pusat Kebudayaan Arab di Madrid, Spanyol.
“Di Libya, peran wartawan sangat strategis dan penting karena sebagai konveyor informasi yang akurat dan independen dan promotor damai,” dia menambahkan.
Dalam pertemuan antar negara-negara tersebut yang berlangsung selama empat hari antara lain membahas tantangan yang dihadapi Libya dalam era keterbukaan informasi.
Dalam pertemuan tersebut akan menggelar diskusi dan akan fokus pada tantangan praktis yang mereka hadapi sehari-hari dalam pekerjaan mereka, serta pada strategi untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang konsisten dengan praktik terbaik internasional, sehingga memperkuat kontribusi mereka untuk rekonsiliasi dan perdamaian di negara itu.
Pertemuan di Madrid merupakan kelanjutan yang dibangun pada diskusi sebelumnya diadakan antara pengelola media Libya pada bulan Juli 2015 dan deklarasi prinsip utama mereka menjelaskan pada waktu itu.
Michael Croft, Koordinator Program UNESCO mengharapkan banyak pihak di dunia memahami tentang membuat komitmen tentang perbedaan.
“Pada saat yang sama kami menghargai banyak pihak yang menghadapi banyak tantangan dan menginginkan tahu bagaimana cara mengatasi tantangan. Kami di sini dengan mitra kami untuk membantu Anda mengembangkan pendekatan umum untuk mengatasinya,” kata Croft.
Tantangan Bagi Wartawan di Libya
Beberapa waktu lalu militan Negara Islam (NIIS) menggorok leher lima wartawan yang bekerja untuk sebuah stasiun televisi di Libya. Menurut militer Libya, jenazah lima wartawan itu ditemukan di luar Kota Bayda timur, Libya.
Para wartawan itu hilang sejak Agustus 2014, ketika mereka meninggalkan Kota Tobruk timur usai meliput pelantikan parlemen terpilih di negara itu. Mereka kemudian melakukan perjalanan ke Benghazi. Namun, mereka melewati rute Derna, yang dikenal sebagai basis militan Islamic of State Iraq and Syria (ISIS).
Faraj al-Barassi, seorang komandan militer di Libya timur, mengatakan militan loyalis ISIS bertanggung jawab atas pembunuhan lima wartawan itu.
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...