Ayah Benzema: Nasionalisme Tidak Hanya Menyanyi Lagu
SAO PAULO, SATUHARAPAN.COM – Hafid Benzema membela alasan anaknya, Karim Benzema, penyerang kesebelasan Prancis, yang tidak menyanyikan lagu kebangsaan pada saat kesebelasan Negeri Menara Eiffel itu menghadapi Nigeria pada perdelapan final Piala Dunia 2014 pada Senin (30/6) malam WIB di Stadion Arena Corinthians, Sao Paulo. Hafid membela Benzema bahwa anaknya itu lebih mencintai Prancis, tempat dia dibesarkan, daripada tempat kelahirannya, Aljazair. Dan, anaknya itu lebih menyimpan perasaan cinta itu di dalam hatinya.
“Banyak orang tidak paham, dulu dia pernah saya tawari bersepak bola untuk Aljazair, tetapi dia lebih memilih Prancis. Ini tidak lagi hanya sebatas lagu kebangsaan, tetapi nasionalisme yang dia buktikan di lapangan hijau,” Hafid, yang keturunan Aljazair itu, menambahkan.
“Kami datang ke Brasil untuk bermain, kami menghargai negara ini (Brasil), sama halnya dengan anak saya (Karim Benzema),” Hafid menambahkan.
Karim Benzema tertangkap kamera tidak menyanyikan lagu kebangsaan Les Marseillaises sebelum pertandingan dimulai. Pesepak bola yang bermain di Real Madrid tersebut terlihat asyik mengunyah permen karet, saat lagu kebangsaan Prancis itu berkumandang. Hafid mengatakan Karim Benzema adalah pejuang sejati.
“Saya anggap anak saya seperti Napoleon (pahlawan Prancis), yang tidak terkalahkan. Dia adalah pemimpin pasukan yang memiliki sejumlah pengikut di belakangnya, dan dia memenangkan pertarungan itu bagi Prancis. Karim menganggap bersepak bola dan memenangkan pertandingan adalah bentuk pengabdian bagi negara,” Hafid melanjutkan.
Dia mengingatkan, bukan hanya anaknya yang tidak menyanyikan lagu kebangsaan. Pernah ada pesepak bola lain, menurut Hafid, yang tertangkap kamera tidak menyanyikan lagu kebangsaan tersebut.
“Zidane juga pernah tidak menyanyikan kok, kenapa anak saya yang dimasalahkan? Ribery juga pernah saya lihat tidak menyanyi, dan ada banyak pesepak bola Prancis lainnya yang tidak melagukannya,” kata Hafid.
Seusai pertandingan perbincangan ramai di dunia maya, dua contoh yang menentang sikap Benzema dituturkan pemilik akun twitter @PascalNRJ12 yang mengatakan, "Ayo tim Biru (julukan Prancis, Red), Benzema harus menyanyi, ini Piala Dunia lo!” kata pemilik akun @PascalNRJ12 itu.
Sama halnya dengan @yovncmblg yang menuliskan motivasi yang sama ke Benzema. “@Benzema (akun twitter Karim Benzema) kamu harus paham, bakatmu di lapangan hijau tidak diragukan lagi, tetapi lebih lengkap lagi kalau kamu menyanyi Les Marseillaises, tulis pemilik akun @yovncmblg .
Pada perhelatan Piala Dunia, Swiss dan Prancis tercatat sebagai kesebelasan dengan banyak pemain naturalisasi. Namun, berbicara tentang nasionalisme, ternyata tidak perlu lagi meragukan "nasionalisme" beberapa pesepak bola imigran yang dinaturalisasi menjadi suatu warga negara tertentu dan selanjutnya bermain di negara barunya itu.
Simak skuad Swiss di Piala Dunia 2014. Sederet pemain intinya adalah pesepak bola dari proses naturalisasi, seperti Gokan Inler (Turki), Valon Behrami (Albania), Johan Djourou (Pantai Gading), Blerim Dzemaili (Makedonia), serta Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri yang sama-sama berasal dari Kosovo.
“Kami semua bermain untuk Swiss,” kata Gokan Inler. “Apa yang akan terjadi di masa depan, saya tak tahu. Tapi, kami semua merasa sebagai orang Swiss dan senang bermain untuk Swiss. Yang penting adalah rasa hormat,” kata Granit Xhaka.
Menariknya, Prancis juga disokong oleh beberapa pemain naturalisasi. Sebut saja Karim Benzema yang keturunan Aljazair. Dua legiun “naturalisasi” lainnya yakni Mouhammadou Sissoko keturunan Pantai Gading, dan Samir Nasri yang tidak bermain di Piala Dunia. (nouvelobs.com/guardian.co.uk/wikipedia.org/france24.com)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...