Bakteri Gantikan Pestisida Pembasmi Hama Alami
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM - Komisi Kehutanan Inggris gunakan bakteri sebagai pengganti pestisida untuk mengendalikan populasi hama. Penggunan bakteri karena lebih ramah lingkungan dan tidak berisiko apapun daripada menggunakan bahan kimia. Bakteri itu disemprotkan di hutan Berkshire Barat dengan luas wilayah sekitar 10 hektar. Tujuannya untuk membasmi ulat bulu yang membawa masalah kesehatan dan menjadi hama hutan.
Penyemprotan ini dilakukan dari udara menggunakan helikopter dengan target ulat bulu yang sejatinya adalah bayi Ngengat Ek (Thaumetopoea processionea). Ulat bulu itu bertumbuh dengan memakan pohon Ek. Sebagai ulat, binatang itu dilengkapi alat pelindung berupa bulu yang mengandung racun.
Racun itu dapat menyebabkan ganguan kesehatan seperti gatal, iritasi mata dan gangguan tenggorokan. Bulu-bulu ulat itu mudah menyebar karena tertiup angin. Bila keadaan ekstrim, bisa mengakibatkan kematian karena memicu serangan asma dan alergi parah. Juru bicara Lembaga Kesehatan Masyarakat Inggris, Dr Yvone Doyle mengatakan bahwa sangat dianjurkan untuk menjauhi ulat-ulat bulu itu.
Diperkirakan hama ini datang ke Inggris tujuh tahun lalu. Di Eropa sendiri hama ini mewabah sejak 2007 ketika kayu Ek asal Belanda mulai di impor oleh negara-negara benua itu.
Bakteri yang digunakan itu diyakini aman dan tidak beresiko bagi tanaman, tanah, hewan selain ulat bulu itu dan manusia. Komisi Kehutanan itu menggunakan bakteri yang bernama Bacillus thuringiensis. Penyemprotan ini sudah disetujui oleh badan penasihat lingkungan hidup pemerinah yang bernama Natural England.
Stewart Snape yang berasal dari Layanan Kesehatan Tanaman Komisi Kehutanan Inggris mengatakan, "Pengendalian Ngengat Ek yang signifikan biasanya dilakukan dengan menyemprot setiap pohon dari tanah ke atas, tapi jauh lebih sulit untuk menemukan dan menyemprot hama di hutan dibandingkan memburu hama itu di pepohonan taman atau pinggir jalan.”
"Cara jitu untuk mengobati hutan adalah dengan menggunakan helikopter yang terbang rendah untuk menyemprot," tambah Stewart Snape. Senada dengan itu Martin Warren, Direktur Eksekutif Konservasi Kupu-kupu mengatakan bahwa strategi penyemprotan udara ini seperti menggunakan palu untuk memecahkan kacang. Akan tetapi Martin Warren risau apakah metode ini cukup terkendali sehingga tidak membunuh serangga, kupu, dan ngengat lain yang berpotensi merusak rantai makanan.
(bbc.co.uk)
Editor : Yan Chrisna
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...