Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 08:02 WIB | Minggu, 05 April 2015

Baku Tembak di Kebun Kopi, Terduga Teroris Poso Meninggal

Dua buanh Heli Bell melakukan patroli katika latihan tempur TNI Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4). Latpur yang dipusatkan di gunung biru Poso itu berlangsung hingga 17 hari. (Foto: Antara/Fiqman Sunandar)

PALU, SATUHARAPAN.COM – Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Idham Azis mengatakan polisi menemukan sejumlah bom rakitan dan senjata api di tubuh terduga teroris yang tewas saat baku tembak di Kebun Kopi, Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu (4/4) sore.

"Kita belum mengetahui jenis senjatanya, nanti akan dikasih tahu," kata Idham Azis di Bandara SIS Aljufri Kota Palu, sebelum menjemput kedatangan Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi Badrodin Haiti.

Jenazah korban tewas tersebut selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Kota Palu yang berjarak sekitar 40 kilometer dari lokasi baku tembak itu.

Kontak senjata tersebut terjadi sekitar pukul sekitar pukul 19.00 Wita di kawasan Kebun Kopi.

Kelompok bersenjata tersebut diduga akan melarikan diri ke arah perbukitan Kabupaten Donggala dari pegunungan Sakinah Jaya di Kabupaten Parigi Moutong.

Sejak baku tembak yang terjadi di wilayah Parigi Moutong pada Jumat (3/4) sore itu, polisi terus mengejar kawanan teroris yang berjumlah sekitar 11 orang.

Dalam baku tembak di Parigi Moutong itu, salah satu terduga teroris tewas diterjang peluru polisi. Korban itu diduga Sabar Subagyo alias Daeng Koro yang diyakini sebagai wakil pemimpin kelompok teroris yang selama ini dicari polisi.

Dalam kejadian baku tembak itu, polisi mengamankan senjata api organik jenis M16 dan sebuah senjata rakitan berikut amunisinya. Selain itu, ditemukan sejumlah bom rakitan, telepon genggam dan alat untuk mengetahui lokasi (GPS).

Polri Antisipasi Balas Dendam dari Simpatisan Teroris

Sesampai di Poso, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan bahwa Polri akan mengantisipasi aksi balas dendam dari simpatisan dan kelompok teroris terkait tewasnya dua terduga teroris dalam dua hari belakangan ini.

"Kita meningkatkan pengamanan di tempat-tempat tertentu dan meminta masyarakat lebih berwaspada," kata Badrodin Haiti di Palu, Sabtu malam.

Saat ini Polri masih menggelar Operasi Camar Maleo dengan pasukan sekitar 1.000 orang yang bertugas menangkap kelompok teroris dan memutus jaringannya.

Selama operasi sejak 26 Januari 2015, polisi menemukan sejumlah barang bukti berupa senjata, bahan peledak, peluru, dan beberapa peralatan elektronik.

Wakapolri juga mempertimbangkan akan memperpanjang Operasi Maleo mengingat kelompok teroris kian terdesak.

Pada Januari 2015, polisi menangkap enam orang yang merupakan jaringan kelompok teroris di Kabupaten Poso. Akibat penangkapan itu, kawanan teroris yang selama ini bersembunyi di hutan membunuh tiga warga sipil yang kebetulan beragama Kristen.

Berdasarkan keterangan saksi, aksi pembunuhan tersebut didasari dendam atas tertangkapnya enam orang sebelumnya.

"Kita antisipasi itu dengan meminta masyarakat lebih waspada," kata Badrodin.

Saat ini polisi terus mengejar kawanan teroris yang diduga masih berada di perbukitan di Kabupaten Parigi Moutong.

Selama 2014, Polri telah menangkap 24 terduga teroris di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, sedangkan pada 2015, tertangkap 12 orang, dua di antaranya meninggal dunia.

Kedatangan Badrodin Haiti tersebut, selain kunjungan kerja, juga untuk memberi semangat anggota Polri yang bertugas agar bisa melakukan tugasnya secara efektif.

Wakapolri: Latihan Perang TNI Permudah Pengejaran Teroris

Wakil Kepala Polri Komjen Pol Badrodin Haiti mengemukakan latihan perang TNI sejak 1 April 2015 di Kabupaten Poso mempermudah Polri mengejar kelompok teroris pimpinan Santoso dan Daeng Koro.

Badrodin Haiti kepada wartawan di Palu, Sabtu malam, mengatakan latihan perang yang melibatkan 3.000-an anggota TNI tersebut membuat kelompok teroris yang dipimpin Santoso dan Daeng Koro menghindar ke tempat yang lebih aman.

Latihan perang TNI tersebut dilakukan di sekitar Gunung Biru, Kabupaten Poso, yang dikenal sebagai lokasi persembunyian kelompok sipil bersenjata.

Saat latihan perang, TNI meluncurkan beberapa roket ke arah Gunung Biru.

Badrodin mengaku Polri sudah mengantisipasi menyingkirnya kelompok teroris dan melakukan penyekatan di beberapa lokasi di Kabupaten Poso dan wilayah perbatasan.

"Ini terbukti berhasil, dan telah menangkap dua terduga teroris," kata mantan Kepala Polda Sulawesi Tengah ini.

Dia juga berterima kasih kepada TNI selama menggelar latihan perang di Kabupaten Poso sehingga tugas Polri lebih ringan.

Dia mengatakan Polri dan TNI terus berkoordinasi saat menumpas gerakan radikal di Kabupaten Poso dan sekitarnya.

Sebelumnya Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan latihan perang TNI itu adalah kegiatan rutin tahunan yang lokasinya bisa di mana saja.

"Latihan ini tidak untuk menangkap kelompok teroris, tapi kalau ketemu mereka, ya, diminta menyerah atau ditembak," katanya saat berkunjung ke Palu.

Kelompok Bersenjata Poso Sempat Memaksa Warga Memasak

Kelompok sipil bersenjata Poso yang terlibat kontak tembak dengan polisi di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4), sempat menyandera seorang wanita dan memaksanya untuk memasak.

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto di Palu, Sabtu, mengatakan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WITA, sesuai penuturan saksi yang melaporkan hal itu ke aparat terdekat.

Kelompok bersenjata yang berjumlah 12 orang tersebut diduga melarikan diri dari kejaran aparat gabungan di wilayah hutan di Kabupaten Poso. Setelah beberapa hari dalam pelarian, kelompok bersenjata yang diduga kehabisan perbekalan makanan itu mencari makanan di rumah warga yang berada di sekitar hutan yang dilalui.

Namun keberadaan mereka tercium aparat, setelah warga melaporkan adanya orang tak dikenal sambil menenteng beberapa pucuk senjata api.

Akhirnya, pada sekitar pukul 14.30 Wita, aparat Polres Parigi Moutong dan tim Densus 88 Antiteror tiba di lokasi.

Polisi awalnya meminta segerombolan orang asing tersebut untuk menyerahkan diri namun dibalas dengan tembakan dan lemparan bom rakitan.

Kontak tembak akhirnya terjadi dalam waktu sekitar 45 menit, dan menewaskan satu orang dari kelompok bersenjata.

Kelompok bersenjata tersebut akhirnya melarikan diri ke tengah hutan. Diduga ada beberapa orang dari kelompok bersenjata yang terluka akibat baku tembak itu.

Saat ini jenazah korban penembakan sudah dievakuasi di RS Bhayangkara Palu yang berjarak sekitar 120 km dari lokasi baku tembak.

Polisi memastikan hanya satu korban tewas dalam kejadian itu, dan kini petugas mengejar kelompok teroris yang dipimpin Santoso itu.

Dalam kejadian itu, polisi mengamankan senjata api organik jenis M16 dan sebuah senjata rakitan berikut amunisinya.

Polisi Temukan M16 di Lokasi Baku Tembak

Polisi menemukan dua senjata api laras panjang jenis M16 dan sebuah senapan rakitan di lokasi baku tembak antara polisi dan kelompok bersenjata di Pegunungan Sakina Jaya, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4), yang menewaskan satu orang.

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen Pol Idham Azis yang dihubungi dari Palu, Sabtu, mengatakan senjata tersebut diduga kuat milik komplotan sipil bersenjata yang dipimpin Santoso.

Pasukan polisi saat ini terus mengejar kelompok Santoso yang jumlah diperkirakan 12 orang.

Belasan orang itu terendus aparat berkat laporan masyarakat yang melihat sejumlah orang asing sedang berada di gubuk milik petani.

Warga tersebut kemudian lapor ke polisi, dan selanjutnya dilakukan pengejaran. Polisi awalnya meminta segerombolan orang asing tersebut untuk menyerahkan diri namun dibalas dengan tembakan dan lemparan bom rakitan.

Kontak tembak akhirnya terjadi dalam waktu sekitar 45 menit, dan menewaskan satu orang dari kelompok bersenjata.

Kelompok bersenjata tersebut akhirnya melarikan diri ke tengah hutan. Diduga ada beberapa orang dari kelompok bersenjata yang terluka akibat baku tembak itu.

Saat ini jenazah korban penembakan sudah dievakuasi di RS Bhayangkara Palu yang berjarak sekitar 120 km dari lokasi baku tembak.

Saat ini sekitar 700 personel Brimob Kelapa Dua Mabes Polri masih berada di wilayah Sulawesi Tengah untuk membantu menangkap Santoso dan anak buahnya.

Sementara ribuan pasukan TNI juga masih menggelar latihan perang di sekitar Gunung Biru, Kabupaten Poso, yang diduga kuat adalah lokasi persembunyian Santoso dan kawanannya.

Akibat latihan perang tersebut, kelompok sipil bersenjata itu melarikan diri masuk hutan di wilayah Parigi Moutong hingga terendus aparat. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home