Balkanisasi Ancam Timur Tengah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah artikel pendek, hanya berbentuk peta dengan keterangan, tetapi sangat provokatif diterbitkan The New York Times Sunday Review baru-baru ini. Berdasarkan analisa Robin Wright, juga analis lainnya, ada kemungkinan di masa depan kita akan menyaksikan proses “balkanisasi” Timur Tengah: dari lima menjadi 14 negara!
Tanda-tanda perpecahan itu sudah tampak sekarang. Krisis di Suriah yang masih terus berlangsung, menurut Wright, dapat menjadi pemicu bagi proses balkanisasi itu. Begini kira-kira skenario proses balkanisasi itu (dan Wright menamai “negara baru” yang akan lahir nanti – di sini ditandai dengan huruf kapital):
Konflik sektarian dan etnis yang berdarah-darah tersebut akan memecah Suriah menjadi tiga negara: 1. Wilayah utara (ALAWITESTAN) yang didominasi kelompok Alawiyyah, yakni kelompok minoritas namun sudah mendominasi Suriah selama ini dan kewalahan menghadapi tuntutan kelompok etnis serta religius lainnya; 2. Suku Kurdi di Suriah yang melepaskan diri dan bisa jadi bersatu dengan suku Kurdi di Irak (membentuk KURDISTAN); dan 3. Kelompok Sunni yang menguasai wilayah tengah, dan diperkirakan akan menyatu dengan kelompok Sunni dari Irak (disebut SUNNISTAN).
Itu berarti, Irak sekarang menerima “limpahan” konflik Suriah. Negara itu akan terpecah menjadi KURDISTAN di Utara (bergabung dengan suku Kurdi dari Suriah); wilayah Tengah menjadi SUNNISTAN (bergabung dengan kelompok Sunni dari Suriah); sementara bagian Selatan menjadi SHIITESTAN yang didominasi oleh kelompok Syiah. Tidak tertutup kemungkinan, yang terakhir ini akan bergabung dengan Iran.
Kini beralih ke wilayah Arab Saudi. Sudah lama kerajaan Saudi harus menghadapi dan menekan perpecahan di dalam wilayahnya. Menurut Wright, perpecahan itu akan semakin terbuka saat kekuasaan Saudi beralih ke generasi baru. Kesatuan kerajaan Saudi juga terancam oleh perbedaan antar-suku, konflik Sunni-Syiah maupun tantangan ekonomi. Boleh jadi, kerajaan itu akan terpecah menjadi lima negara: ARAB UTARA, ARAB SELATAN, ARAB BARAT, ARAB TIMUR, dan WAHHABISTAN yang menguasai bagian Tengah.
Sementara itu Yemen, negara paling miskin di antara negara-negara Arab, akan terpecah menjadi YEMEN UTARA dan YEMEN SELATAN, pasca referendum untuk konstitusi baru pada pertengahan Oktober nanti. Banyak yang khawatir, referendum ini tidak mampu mengatasi perpecahan antara Yemen Utara dan Selatan, walau upaya dialog nasional terus diusahakan. “Persoalan utama terletak pada bentuk negara yang diinginkan,” ujar Ahmed Awad bin Mubarak, sekretaris dialog nasional itu, “yakni apakah akan terdiri dari dua atau lebih wilayah.”
Jika perpecahan di Yemen itu terjadi, menurut Wright, ada kemungkinan juga sebagian atau seluruh YEMEN SELATAN bergabung dengan Arab Saudi. Selama ini, hampir seluruh kepentingan perdagangan Arab Saudi berlangsung melalui jalur laut. Jika bergabung dengan YEMEN SELATAN, maka akses ke Samudera Hindia akan semakin mudah dan terbuka.
Nah, akibat pergolakan etnis dan religius itu, Libia akan tergulung dan kemungkinan pecah menjadi dua negara: TRIPOLITANIA dan CYRENAICA. Malah ada kemungkinan negara ketiga muncul di bagian Barat Daya Libia: FEZZAN.
Apakah ramalan Wright akan jadi kenyataan? Hanya masa depan yang dapat menjawabnya. Tetapi, yang jelas, konflik sektarian yang kental warna etnis dan religius di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara sekarang ini sudah sangat mencemaskan setiap orang!
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...