Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 21:55 WIB | Jumat, 12 Juli 2013

Ban Ki-moon dan Malala Yousafzai Menyerukan Hak Anak Perempuan Bersekolah

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Malala Yousafzai, seorang gadis dari Pakistan yang ditembak karena memperjuangkan hak anak-anak perempuan memperoleh pendidikan, hari Jumat (waktu setempat) mengunjungi Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York.

Bersama Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, keduanya menyoroti pentingnya menjamin akses global terhadap pendidikan berkualitas, dan menekankan bahwa tidak ada gadis atau anak laki-laki yang harus menghadapi situasi yang tidak aman bagi mereka untuk bersekolah.

Malala juga bergabung dengan ratusan mahasiswa dari sekitar 80 negara dalam Majelis Pemuda yang unik, di mana diplomat akan duduk pada kursi belakang, ketika para pemuda “mengambil alih” PBB," kata Ban.

"Mereka akan berkumpul untuk mengeluarkan panggilan global untuk pendidikan berkualitas bagi semua. Kita harus melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan bahwa sekolah  dan ruang belajar adalah tempat yang aman.  Harus ada tindakan yang berani bagi orang dewasa untuk mengajar atau seorang gadis untuk pergi ke sekolah.

Malala Ditembak Karena Bersekolah

Di Pakistan, Malala  berkampanye untuk hak memperoleh pendidikan bersama dengan teman-temannya, tetapi dia ditembak oleh Taliban karena bersekolah.

Selama kunjungannya di  kantor  PBB, dan hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-16, Malala akan berbagi pengalaman untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan, khususnya bagi anak perempuan di seluruh dunia.

"Ada terlalu banyak tempat, pelajar seperti Malala dan juga guru mereka yang terancam, diserang, bahkan dibunuh," kata Ban. "Melalui tindakan yang penuh kebencian, ekstrimis telah menunjukkan apa yang paling menakutkan bagi mereka: seorang gadis dengan buku."

Ban menegaskan bahwa masih ada jalan panjang untuk berjalan mencapai pendidikan universal, karena pada saat ini ada 57 juta anak-anak kita di sekolah dasar tinggal di negara yang terjebak oleh konflik. Selain itu, lebih dari 120 juta orang muda berusia antara 15 dan 24 tahun tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini  menempatkan mereka pada psosisi sebaliknya dari tuntutan pasar kerja yang berkembang. Mayoritas dari mereka adalah perempuan.

"Dalam masyarakat  yang berbasis pengetahuan saat ini, pendidikan merupakan dasar untuk masa depan yang kita inginkan: sebuah dunia tanpa kemiskinan,  tanpa kekerasan, tanpa diskriminasi atau penyakit. Membangun masa depan ini akan membutuhkan  dorongan baru yang  terpadu," kata Ban.

Ban juga memberi perhatian pada  Global Education Initiative PBB, yang berusaha untuk menempatkan setiap anak masuk sekolah, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan menumbuhkan kewarganegaraan global pada akhir 2015.

"Pendidikan adalah jalur untuk menyelamatkan nyawa, membangun perdamaian dan memberdayakan orang-orang muda," kata Ban. Itu adalah pelajaran yang diberikan Malala dan jutaan anak lainnya. Dia sepertinya  sedang mencari cara untuk mengajar dunia.

“Mitra internasional dan Pemerintah harus mendengar hal itu dan bertindak," kata Ban.

Bulan lalu,  Malala Yousafzai adalah orang pertama yang menandatangani petisi yang berisi panggilan baru di seluruh dunia  untuk bertindakan segera menjamin hak setiap anak untuk bersekolah dengan aman. Petisi itu diluncurkan dengan dukungan dari PBB dan Utusan Khusus untuk Pendidikan, Gordon Brown.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home