Bangladesh: 300.000 Orang Mengungsi di Tempat Penampungan Darurat Akibat Banjir
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Hampir 300.000 warga Bangladesh berlindung di tempat penampungan darurat pada hari Sabtu (24/8) dari banjir yang menggenangi sebagian besar wilayah negara Asia Selatan yang dataran rendah itu, kata pejabat bencana.
Banjir dipicu oleh hujan monsun yang lebat dan telah menewaskan sedikitnya 42 orang di Bangladesh dan India sejak awal minggu, banyak di antaranya akibat tanah longsor.
“Rumah saya benar-benar terendam,” kata Lufton Nahar, 60 tahun, kepada AFP dari tempat penampungan bantuan di Feni, salah satu distrik yang paling parah dilanda banjir di dekat perbatasan dengan negara bagian Tripura di India.
“Air mengalir di atas atap kami. Kakak saya membawa kami ke sini dengan perahu. Jika dia tidak melakukannya, kami pasti sudah mati.”
Negara berpenduduk 170 juta orang ini dilintasi oleh ratusan sungai dan telah mengalami banjir yang sering terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Hujan monsun menyebabkan kerusakan yang meluas setiap tahun, tetapi perubahan iklim mengubah pola cuaca dan meningkatkan jumlah kejadian cuaca ekstrem.
Jalan raya dan jalur kereta api rusak antara ibu kota Dhaka dan kota pelabuhan utama Chittagong, sehingga mempersulit akses ke distrik-distrik yang dilanda banjir parah dan mengganggu aktivitas bisnis.
Banjir juga terjadi hanya beberapa pekan setelah revolusi yang dipimpin mahasiswa menggulingkan pemerintah Bangladesh.
Di antara daerah yang paling parah terkena dampak adalah Cox's Bazar, distrik yang menjadi rumah bagi sekitar satu juta pengungsi Rohingya dari negara tetangga Myanmar.
Pejabat badan penanggulangan bencana negara bagian Tripura, Sarat Kumad Das, mengatakan kepada AFP bahwa 24 orang telah tewas di sisi perbatasan India sejak Senin (19/8).
Sebanyak 18 orang lainnya tewas di Bangladesh, menurut sekretaris kementerian penanggulangan bencana Md Kamrul Hasan. “285.000 orang tinggal di tempat penampungan darurat,” katanya, seraya menambahkan bahwa total 4,5 juta orang telah terdampak.
Ketika banjir melanda, Bangladesh sedang memulihkan diri dari kerusuhan sipil selama berminbeberapa pekan yang berpuncak pada penggulingan mantan pemimpin otokratis Sheikh Hasina pada tanggal 5 Agustus.
Dengan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, yang masih mencari jalan keluar, warga Bangladesh biasa telah menggalang dana untuk upaya bantuan. Mereka diorganisir oleh mahasiswa yang sama yang memimpin protes yang memicu penggulingan Hasina, yang masih berada di India setelah melarikan diri dari Dhaka.
Massa mengunjungi Universitas Dhaka pada hari Jumat untuk memberikan sumbangan uang tunai saat mahasiswa memuat karung beras dan peti air minum kemasan ke kendaraan untuk daerah yang terkena banjir.
Sebagian besar wilayah Bangladesh terdiri dari delta tempat sungai besar Himalaya, Gangga dan Brahmaputra, mengalir ke laut setelah melewati India. Beberapa anak sungai dari dua sungai lintas negara itu masih meluap. Namun, prakiraan cuaca menunjukkan hujan kemungkinan akan mereda dalam beberapa hari mendatang.
India adalah pelindung dan dermawan terbesar Hasina dan banyak warga Bangladesh sejak saat itu secara terbuka mengkritik tetangga mereka yang lebih besar dan lebih berkuasa karena mendukung pemerintahannya selama 15 tahun.
Asif Mahmud, seorang pemimpin protes mahasiswa yang sekarang berada di kabinet sementara Yunus, menuduh India pada hari Rabu "menciptakan banjir" dengan sengaja melepaskan air dari bendungan.
Ratusan orang juga berkumpul di Universitas Dhaka pada hari Jumat (23/8) untuk memprotes "agresi air" India, yang menampilkan spanduk yang menunjukkan Perdana Menteri India Narendra Modi yang konon senang melihat orang-orang yang tenggelam.
Kementerian luar negeri India telah menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa daerah tangkapan airnya sendiri minggu ini telah mengalami "hujan terberat tahun ini" dan bahwa aliran air ke hilir disebabkan oleh "pelepasan air secara otomatis".
Dampak banjir masih parah di negara bagian Tripura, India, dengan sekitar 65.000 orang berlindung di 450 kamp pengungsian, menurut laporan media lokal. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...