Bangladesh Pindahkan Lagi 3.000 Rohingya ke Pulau Bhasan Char
DHAKA, SATUHARAPAN.COM-Bangladesh akan memindahkan 2.000-3.000 lebih pengungsi Muslim Rohingya ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggalapekan ini, kata seorang perwira angkatan laut pada hari Rabu (27/1). Itu dilakukan meskipun ada protes dari kelompok hak asasi manusia yang prihatin tentang kerentanan wilayah tersebut terhadap badai dan banjir.
Bangladesh telah merelokasi sekitar 3.500 pengungsi dari negara tetangga Myanmar ke pulau Bhasan Char sejak awal Desember dari kamp-kamp di perbatasan di mana satu juta orang tinggal di gubug-gubug.
Bhasan Char adalah pulau muncul dari laut sejak dua dekade lalu dan dinagkau dalam beberapa jam dengan dengan perahu dari pelabuhan terdekat di Chittagong. Rohingya, kelompok minoritas yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, tidak diizinkan keluar dari pulau itu tanpa izin pemerintah.
"Kemungkinan besar, mereka akan dibawa ke Chittagong besok dan keesokan harinya, mereka akan dikirim ke Bhasan Char dari sana," kata Komodor Angkatan Laut, Abdullah Al Mamun Chowdhury kepada Reuters.
“Terakhir kali, kami persiapkan untuk 700 hingga 1.000 orang, tetapi akhirnya lebih dari 1.800 Rohingya pindah ke sana. Orang yang pindah lebih awal memanggil kerabat dan teman mereka untuk pergi ke sana. Itulah mengapa lebih banyak orang pergi ke sana," katanya.
Bangladesh membenarkan kepindahan ke pulau itu dengan mengatakan kepadatan yang berlebihan di kamp-kamp di Cox's Bazar dan mengarah pada kejahatan.
Ia juga menepis kekhawatiran banjir, karena akan membangun tanggul meter sepanjang 12 kilometer untuk melindungi pulau bersama dengan perumahan bagi 100.000 orang, serta fasilitas seperti pusat peringatan siklon dan rumah sakit.
Tindakan Bangladesh, bagaimanapun, telah menuai kritik dari badan-badan bantuan yang belum pernah diajak berkonsultasi pada transfer sebelumnya. UNHCR tidak segera menanggapi pertanyaan dari Reuterstentang pergerakan terbaru yang direncanakan.
Kelompok advokasi Refugees International yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan rencana itu "berpandangan pendek dan tidak manusiawi." Sementara Fortify Rights Group mengatakan relokasi mungkin "dipaksakan dan tidak disengaja" dan harus segera dihentikan.
Pemerintah Bangladesh mengatakan relokasi itu sukarela, tetapi beberapa pengungsi dari kelompok pertama yang pergi ke sana pada awal Desember telah berbicara tentang pemaksaan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...