Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan PDB RI 2016 5,3 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia untuk 2016 sebesar 5,3 persen. Namun proyeksi ini disertai risiko, seperti kemungkinan naiknya suku bunga Amerika Serikat, pelambatan di negara-negara mitra dagang seperti Tiongkok, pelemahan di sektor swasta akibat depresiasi nilai tukar dan berkurangnya marjin keuntungan, serta kemarau akibat pola cuaca El Nino.
Bank Dunia memperkirakan dampak El Nino berpotensi meningkatkan harga beras hingga 10 persen untuk tahun ini, dan inflasi CPI bisa mencapai setidaknya 0,3 hingga 0,6 persen. Rumah tangga miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan dan akan merasa dampak yang lebih besar dari naiknya harga-harga barang.
Sementara itu, menghadapi volatilitas dunia yang mempersulit pertumbuhan, upaya pemerintah yang telah berjalan seperti pemberian stimulus, reformasi kebijakan dan peningkatan kualitas belanja negara dapat membantu Indonesia mengarungi tahun ke depan, menurut laporan Bank Dunia terbaru.
Menurut laporan triwulanan ekonomi, Indonesia Economic Quarterly (IEQ) berjudul "Di tengah Volatilitas Dunia", pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) bertahan di angka 4,7 persen pada triwulan kedua di 2015, akibat pelemahan perdagangan global dan rendahnya harga komoditas, serta melambatnya pertumbuhan investasi tetap maupun konsumsi domestik.
"Indonesia menghadapi kendala sama dengan negara tetangga, akibat upayaa Tiongkok menuju keseimbangan ekonomi (economic rebalancing) dan persiapan normalisasi kebijakan moneter Amerika. Tapi pertumbuhan di Indonesia tetap lebih baik dibandingkan negara pengekspor komoditas yang lain, dan tanggapan kebijakan pemerintah proaktif. Implementasi yang baik upaya reformasi ini bisa memperkuat kepercayaan investor," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves dalam peluncuran Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly) Oktober 2015, di Jakarta, hari Kamis (22/10).
Sebagai contoh, penyerapan anggaran belanja - menanjak di triwulan ketiga - diperkirakan telah mencapai 21,4 persen dalam kondisi riil selama sembilan bulan pertama tahun 2015, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini dapat menunjang pertumbuhan. Selain itu, upaya pemerintah untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan proyek diharapkan dapat memperbaiki tingkat pertumbuhan investasi, kini 3,2 persen di triwulan kedua.
"Upaya-upaya untuk membantu dunia usaha dan masyarakat, serta reformasi regulasi untuk mengatasi birokrasi guna investasi dan ekspor akan sangat membantu. Demikian juga berbagai upaya reformasi lain yang akan memperkuat iklim investasi dan mendorong pertumbuhan. Perhatian juga dapat diberikan ke sektor manufaktur dan pariwisata, yang selama ini kurang banyak digali - hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan mencegah defisit transaksi berjalan kembali meningkat begitu pertumbuhan menguat," kata Ekonom Utama Bank Dunia, Ndiame Diop.
Laporan IEQ ini juga membahas program jaminan kesehatan nasional yang diluncurkan pada Januari 2014, dan berbagai tantangan mencapai akses universal dan kesinambungan keuangannya. Hambatan dalam sektor perumahan rakyat - salah satu prioritas pemerintah yang disebut sebagai program Satu Juta Rumah - turut menjadi topik pembahasan laporan IEQ edisi Oktober 2015 ini.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...