Beda Frekuensi
Kadang gelombang informasi yang disampaikan terganggu oleh cuaca hati dan kondisi pribadi, dan itu menyebabkan perbedaan persepsi dari sumber dan penerima informasi.
SATUHARAPAN.COM – Beberapa kali saya tersinggung dengan kalimat yang dilontarkan seorang teman dalam kelompok pelayanan yang sama. Percakapan lewat media sosial atau tatap muka kadang diakhiri dengan perasaan tidak nyaman. Ada dua langkah yang dapat saya ambil, mundur menghindari pertemuan dengannya, atau tetap berada dalam kelompok tersebut.
Seorang teman menganjurkan agar saya mundur, cari komunitas yang lain, melayani Tuhan bisa di mana saja. Bagaimana bisa mendapat dan membagi berkat jika dalam komunitas tersebut malah merasa nggak nyaman?
Akhirnya saya memulai percakapan dengannya membahas topik-topik yang sudah dan akan kami lakukan bersama dengan menyingkirkan hal-hal yang menyinggung saya sebelumnya. Dan alangkah herannya, semua ternyata berjalan lancar.
Kadang rasa curiga, tidak percaya diri, ketakutan, menghalangi langkah-langkah besar yang mungkin dapat kita lakukan. Saat itu saya mengatakan pada teman saya, mungkin ada saatnya kami berbeda frekuensi dalam percakapan, sehingga gelombang informasi yang disampaikan tidak diterima dengan baik. Bisa juga gelombang informasi yang disampaikan terganggu oleh cuaca hati dan kondisi pribadi, dan itu menyebabkan perbedaan persepsi dari sumber dan penerima informasi.
Hidup berkomunitas dengan manusia dan keunikannya memerlukan seni kesabaran dan tepa selira, tetapi bukankah itu hakikat dari cogito ergo sum ’saya ada karena berpikir’? Saya ada… dan di sinilah saya ada, hidup bersama kumpulan manusia lain, dan merasakan ada bila dapat melakukan hal yang berguna bersama dan bagi manusia lain?
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...