Belajar dari Hidup Laba-laba dan Capung
SATU HARAPAN.COM - Hidup adalah perjuangan untuk bertahan dari segala ancaman dan tantangan. Hidup adalah perjuangan untuk tetap ada. Dan perjuangan itu kadang masuk dalam pusaran kenyataan: menang atau kalah. Perjuangan adalah kemestian dalam hidup apa pun hasilnya.
Laba-laba, meski namanya terdiri atas dua suku kata namun ia hanya mewakili satu makhluk. Laba-laba, binatang berkaki delapan itu, hidup pada sekat-sekat ruangan, di antara pengap dan gelap, sepi dan sendiri. Berjuang untuk hidup dengan cara yang telah dikaruniakan kepadanya—memasang jaring dari air liurnya dengan setia dan sabar, juga dalam mencari makanannya. Tak pernah dia agresif atau serakah dengan membuat dua atau lebih jaring. Dia akan menikmati makanan yang ”masuk” ke jaringnya.
Capung berbeda dengan Laba-laba. Dia memiliki sayap untuk membuatnya terbang sesuka hati. Capung sungguh elok: matanya dan sayapnya bening. Warnanya pun bermacam-macam: merah muda, coklat, hijau, biru. Ada yang kecil dan ada yang besar. Sembari terbang, Capung juga harus berjuang mencari makan agar tetap hidup.
Suatu ketika seekor Capung terperangkap dalam jaring Laba-laba. Dia meronta, berjuang untuk lepas, namun tiada hasil. Akhirnya dia mati lemas dan menjadi santapan Sang Laba-laba yang telah menantinya dengan sabar. Pada akhirnya kedua makhluk ciptaan-Nya, yang sama-sama berjuang untuk hidup, harus menerima kenyataan berbeda. Capung itu mengakhiri sejarahnya dan Sang Laba-laba meneruskan kisahnya.
Kalahkah Sang Capung? Tentu saja tidak. Dia mati agar Sang Laba-laba dapat melanjutkan hidupnya. Dalam kematiannya, Sang Capung menghidupi Sang Laba-laba.
email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...