Belajar dari Nenek Penjual Salak
SATUHARAPAN.COM – Foto di atas saya ambil saat menunggu kereta di Stasiun Tugu Yogyakarta. Saya tertarik mengabadikannya—seorang nenek yang berjualan buah salak begitu asyik membaca koran di tengah keramaian stasiun. Menggunakan waktu senggang untuk membaca, itulah pilihan Si Nenek. Saya tidak tahu apa yang sedang beliau baca atau topik yang menarik perhatiannya. Saya hanya tertarik betapa ia—seorang lanjut usia—memilih menggunakan waktu luangnya untuk membaca, bukan tidur.
Dalam salah satu artikel di SATU HARAPAN.COM tercatat dari 100 orang Indonesia hanya 1 orang atau 1% yang memiliki minat baca, Malaysia 25%, dan Singapura dari 100 orang terdapat 55 orang memiliki minat baca. Kita tertinggal sangat jauh. Sungguh memprihatinkan. Padahal pemerintah kita telah mencanangkan pemberantasan buta aksara dan jumlah penduduk yang sudah melek baca setiap tahunnya pun meningkat. Namun, mengapa minat baca kita masih rendah?
Mungkin diperlukan program berkesinambungan. Setelah masyarakat sudah dapat membaca, lalu apa selanjutnya? Semoga pemerintah kita semakin giat, tidak saja mengentaskan masyarakatnya dari buta aksara, melainkan mengajak masyarakat untuk senang membaca sehingga angka 1% itu meningkat.
Bagaimana dengan kita? Apa langkah kecil yang dapat kita lakukan? Mungkin kita dapat belajar dari nenek tadi: menggunakan waktu senggang untuk membaca. Kita pun dapat menggunakan waktu senggang kita, meski sedikit —misalnya saat di bus atau angkutan, saat menunggu anak sekolah, saat mengantre bayar listrik atau air, saat menunggu giliran periksa di dokter, menunggu anak les, mengantre di bank, dan sebagainya—untuk membaca.
Anda tertarik? Mari mencoba!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...