Belajar dari Randu yang Jatuh
Lakukan sesuatu tanpa menunggu sempurna.
SATUHARAPAN.COM – Ada satu pohon randu berbuah lebat. Buahnya ada yang berwarna coklat, matang dan merekah di pohon, hingga kapuknya terlihat. Jika terpintal, maka akan menghasilkan kain bernilai jual tinggi. Namun, karena merekah di atas akhirnya kapuk itu terbawa angin. Pindah dari satu tepat ke tempat yang lain.
Ada pula buah yang masih berkulit hijau. Tidak merekah. Karena tertiup angin akhirnya jatuh.
Mari kita renungkan. Jika diberi kesempatan memilih, mana yang akan kita pilih? Kapuk yang masak di pohon yang berkualitas tinggi, melalang buana atau kapuk di dalam buah randu yang masih hijau dan terjatuh?
Banyak di antara kita mungkin memilih kapuk yang masak dan melalang buana karena beranggapan dengan berkeliling buana, ia akan banyak pengalaman dan ilmu. Namun, kapuk yang terbang tersebut akankah berkumpul pada satu titik dan terpintal? Jawabanya tidak mungin.
Berbeda dengan kapuk pada randu yang belum masak, jatuh di dekat pohon. Ia akan mudah ditemukan orang dan terpintal. Meski tidak menjadi kain yang bernilai jual tinggi, namun ia tetap bisa berwujud kain dan dapat dibuat menjadi perca. Namun demikian, semua manusia, entah kaya maupun miskin, tinggal di gubuk maupun istana, selalu membutuhkan kain perca.
Itulah hidup. Jika kita menunggu menjadi manusia sempurna untuk melakukan sesuatu, kita malah tidak akan melakukan apa pun karena hidup itu dinamis. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan hal tanpa menunggu sempurna. Meski kecil, tetapi bermanfaat bagi banyak orang.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...