Seperti Mimpi Rasanya!
Hidup terus berjalan dan harus dijalani dengan ucapan syukur.
”Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.” (Mzm. 126:1). Demikianlah pengakuan umat Israel kala pulang dari pembuangan di Babel.
Ya, memang seperti mimpi rasanya! Siapa sangka Koresy, raja Media Persia yang berhasil menaklukkan Babel, memperkenankan orang buangan itu kembali ke Yerusalem. Inilah kisah kemerdekaan Israel kedua.
Jika pada kisah kemerdekaan pertama mereka dipimpin Musa, maka pada kemerdekaan kedua mau tidak mau mereka mengakui kepemimpinan Koresy—orang asing itu.
Jika pada kisah pertama Musa berulang kali bernegosiasi dengan Firaun, maka pada kisah kedua tak ada negosiasi. Koresylah yang memerintahkan umat Israel untuk pulang membangun Yerusalem. Orang Israel mungkin mengharapkannya, tetapi tak pernah memintanya. Tak heran, mereka seperti bermimpi.
Dalam mata iman, Israel mengakui bahwa Allah telah menjadikan Koresy sebagai alat-Nya. Kisah kemerdekaan kedua itu merupakan tindakan Allah semata. Tak hanya Israel, bangsa-bangsa lain pun mengakui bahwa kepulangan Israel merupakan anugerah. Jika Allah berkehendak, tak ada yang mampu menggagalkannya.
Pemulihan Bartimeus
Itu jugalah yang dialami seorang pengemis buta di kota Yerikho. Pengemis itu percaya bahwa Yesus sanggup memenuhi harapannya. Karena itulah dia berteriak: ”Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (Mrk. 10:47).
Dalam teriakan itu tersiratlah bahwa dia mengakui Yesus sebagai Anak Daud. Gelar ”Anak Daud” bukanlah gelar yang lazim pada masa itu. Gelar itu hendak menjelaskan bahwa guru dari Nazaret itu bukan sembarang guru, melainkan Mesias!
Gelar itu biasanya membuat gusar pemerintah Roma karena berkonotasi subversib. Tak heran, banyak orang memintanya diam. Gelar itu memang tak begitu disukai antek-antek Romawi.
Dalam teriakannya itu terselip permohonan: ”Kasihanilah aku!” Itulah alasannya berteriak. Dia ingin Yesus, Anak Daud itu, mengasihani dirinya. Keyakinan itulah yang membuatnya terus berteriak meski banyak orang memintanya diam. Dia tetap berteriak karena dia tahu Yesus adalah Anak Daud. Dia percaya karena gelar itulah Yesus akan mengasihaninya.
Nama pengemis buta itu Bartimeus—artinya anak Timeus. Namanya sendiri tak ada yang tahu. Lagi pula, mengapa pula orang perlu mengetahui nama sebenarnya? Bukankah dia sendiri buta dan profesinya pun cuma pengemis?
Di kota Yerikho, Bartimeus merupakan orang pinggiran. Lebih tepat orang yang dipinggirkan masyarakatnya—yang memahami kebutaan sebagai hukuman Allah. Namun, Guru dari Nazaret itu tidak meminggirkannya! Anak Daud itu mengabulkan keinginannya. Bartimeus pun melihat lalu ”mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.” (Mrk. 10:52).
Pemulihan itu tidak membuat Bartimeus tinggal dalam euforia—perasaan gembira yang berlebihan. The show must go on! Hidup terus berjalan dan harus dijalani dengan ucapan syukur—menjadi pengikut Yesus.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...