Belajar dari Secangkir Kopi
SATUHARAPAN.COM – Saya bukanlah penikmat fanatik kopi. Saya tak bisa membedakan kopi kualitas baik dan buruk, juga tak bisa membedakan rasa white coffe atau black coffe kecuali warnanya, membedakan kopi luwak atau bukan, arabika atau robusta. Saya hanya tahu kopi enak dan tidak enak.
Gerai kopi terus mengembangkan inovasi penyajian kopi. Saya memiliki tempat favorit untuk minum kopi, sekali waktu saya pesan coffe latte, pada waktu lain saya pesan espresso coffe, green tea coffe, pernah pula avocado coffe. Jika mampir malam hari saya pesan hot coffe latte, pada siang hari nan terik pesan ice coffe latte. Entah kenapa, saya tidak pernah bosan datang ke gerai ini, saya bisa dihangatkan pada malam hari dan disegarkan pada siang hari. Minuman dengan berbagi bentuk penyajian tanpa menghilangkan identitas aslinya—KOPI.
Dari secangkir kopi saya membayangkan alangkah indahnya kehidupan yang mampu memberikan kesegaran bagi banyak orang, berbagai kalangan, berbagai usia, berbagai karakter, berbagai tingkat pendidikan, dan tentunya berbagai suasana hati. Tidak mudah, tetapi harus demikian agar bisa menjadi berkat bagi.
Untuk itu, kita harus belajar, menata diri, dan berinovasi. Namun demikian—sebagaimana kopi dengan berbagai bentuk penyajiannya—kita tak boleh kehilangan rasa utama, jati diri, yaitu iman kita.
email: inspirasi@satuharapan.com
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...