Belajar dari Sepotong Roti
Mari kita belajar mensyukuri betapa indahnya hidup berdampingan walau berbeda warna kulit.
SATUHARAPAN.COM – Apa yang kita pikirkan saat menikmati sepotong roti tawar? Mungkin saja kita lupa akan rasa aslinya ketika dinikmati bersama kopi susu. Kita kadang lupa menghargai sesuatu ketika ada hal lain yang lebih dominan memuaskan hasrat kita. Kita mungkin berkata, ”Ini sangatlah manusiawi!”
Kembali ke roti tawar, mari sejenak kita renungkan asal usulnya. Dengan mudah kita bisa menebak bahwa bahan baku roti tersebut tidak lepas dari tepung, gula, mentega, dan susu. Pernahkah kita pikirkan lebih jauh siapa saja yang terlibat dalam proses pembuataan roti? Berapa banyak orang yang mengusahakan gandum dan membuat bahan dasar tepung? Berapa banyak petani tebu yang berjibaku agar bisa menghasilkan bahan dasar gula? Pernahkah kita membayangkan wajah para petani sawit yang mengusahakan bahan dasar mentega? Bagaimana dengan ratusan mungkin ribuan karyawan yang membanting tulang di pabrik kemasaan plastik pembungkus roti? Bagaimana pula dengan para penjual eceran yang setia mendorong gerobak rotinya demi menyekolahkan anaknya?
Lupakan sejenak kopi susunya. Saat kita sadar begitu banyaknya orang yang menggantungkan hidupnya pada sepotong roti, mungkin kita akan mulai makan roti dengan cara berbeda. Kita akan mulai menghargai sepotong roti tawar sekalipun ditemani kopi susu.
Saya tidak sedang membela sebuah merek roti yang belakangan sempat dicibir sebagian orang. Tidak perlu pula saya memberikan contoh makanan cepat saji yang sering kita lahap saat lapar. Cukup renungkan saja semangkok sekoteng yang anda sering nikmati di pinggir jalan. Ingat, jangan lupa akan jasa mereka yang membuat mangkok dan sendok sekoteng. Bagaimana dengan baju modis yang sering anda pakai? Sepatu, kacamata, dompet, gawai, kosmetik, bahkan cincin batu akik Anda pun bisa menjadi bahan untuk belajar. Belajar untuk hidup di dunia majemuk dengan berbagai perbedaan suku, ras, dan agama.
Ya, mari kita belajar untuk tidak menjadi individualistis! Jangan lagi ada angkara! Berhenti mengorbankan sesama hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok! Mari kita belajar mensyukuri betapa indahnya hidup berdampingan walau berbeda warna kulit. Hidup saling menghargai dan bersama membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Populasi China Turun untuk Tahun Ketiga Berturut-turut
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Populasi China turun untuk tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2024, den...