Belajar Menjadi Bulan Purnama
SATUHARAPAN.COM – Dahulu kehadirannya amat dirindukan. Dahulu anak-anak di pedesaan akan sangat bergembira menunggu malam jika ia hadir dalam keutuhan sempurna. Dengan cahaya perak elok dan kebulatan yang indah, kehadiran BULAN PURNAMA adalah karunia indah bagi anak-anak desa yang belum mengenyam listrik.
Sinarnya tidak seterang matahari, namun bermanfaat bagi banyak makhluk dalam gelapnya malam. Sinarnya tak seterik matari, penuh keteduhan dan kelembutan. Cahayanya adalah lambang kedamaian abadi, yang sejak purbakala menjadi sahabat para makhluk dalam meniti kehidupan.
Keadaan itu jugalah yang menginspirasi Rama Wijaya saat memberikan petuah kepada adiknya Bharata yang hendak menduduki tampuk pimpinan kerajaan Ayodya seperginya Rama menjalani pengembaraan di hutan. Rama Wijaya berharap, adiknya mampu menjadi pemimpin yang memiliki sifat rembulan—mampu memberikan terang yang meneduhkan, yang tidak membakar namun memberi kedamaian. Rama Wijaya berharap, sebagai pemimpin Bharata senantiasa dirindukan kehadirannya dalam segala keadaan oleh semua rakyat Ayodya
Belajar dari rembulan, apalagi tatkala purnama, mengajak kita untuk merenung. Apakah kita mampu memberikan keteduhan bagi semua makhluk, dan kehadiran kita dinanti-nantikan? Atau, jangan-jangan kehadiran kita malah tidak dikehendaki sama sekali oleh sesama di sekeliling kita?
Bulan Purnama mengajari kita makna kehidupan. Bulan Purnama mengajari kita memberikan hidup apa adanya, sederhana, semampunya namun penuh makna.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Bashar Al Assad Menyangkal Melarikan Diri Tinggalkan Suriah
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin Suriah yang digulingkan Bashar al Assad pada hari Senin (16/12) men...