Belanda Tuduh Malaysia Menghalangi Investigasi Jatuhnya MH17
AMSTERDAM, SATUHARAPAN.COM - Dewan Keselamatan Transportasi Belanda dalam laporan penyelidikan atas jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17 mengatakan Rusia dan Malaysia menghalang-halangi investigasi dengan memperlambat atau menunda pemberian data yang diperlukan.
Berdasarkan laporan sebanyak empat volume berisi rincian analisis atas kecelakaan yang terjadi pada tahun 2014 itu dan membunuh 298 penumpang, sejak awal Pemerintah Malaysia dan maskapai Malaysia Airlines secara aktif berusaha untuk menghalangi penyelidikan dan menghindari pemeriksaan.
Bahkan, Malaysia kemudian memutuskan hanya bekerja sama secara terbatas untuk tahun ini, padahal penyelidikan sudah mengalami banyak penundaan. Demikian laporan news.com.au, yang dilansir hari Jumat (16/10).
Seperti dilaporkan sebelumnya, Rusia juga aktif berusaha untuk menghindari pemeriksaan dengan tidak menyediakan data mentah radar dari lokasi terakhir jatuhnya pesawat, yang penyebabnya kini sudah dikonfirmasi, yaitu oleh tembakan rudal Buk buatan Rusia.
Ukraina juga menolak untuk memungkinkan pejabat tertentu untuk diwawancarai dan juga tidak bersedia memberikan data radar jalur penerbangan.
"Dari awal investigasi itu terbukti menjadi lebih rumit untuk mengatur wawancara dengan pegawai Pemerintah Malaysia dan karyawan maskapai penerbangan di Kuala Lumpur, hal yang sama juga berlaku dalam memperoleh dokumen yang diminta oleh para pemeriksa," demikian pernyataan para penyelidik pada bab yang menjelaskan gagalnya pengumpulan data internasional.
Disebutkan juga bahwa aliran data pada akhirnya berjalan juga, tetapi kemudian, "Kerjasama ditunda untuk sementara berdasarkan perintah dari kantor pusat maskapai penerbangan."
Pada bulan Januari, Malaysa kembali mengizinkan akses kepada para karyawan dan membantu memberikan informasi penyebab jatuhnya pesawat. Namun, kerusakan terhadap penyelelidikan terlanjur sudah terjadi.
"Penyelidikan terhadap rute penerbangan dan penyebab kecelakaan khususnya terhalang oleh fakta bahwa informasi ini belum tersedia untuk waktu yang lama," kata laporan itu.
Disimpulkan, "Kurangnya informasi menyebabkan Dewan Keselamatan Belanda tidak dapat menarik kesimpulan atas aspek tertentu dari investigasi."
"Sejauh mana intelijen Malaysia atau pemerintah memiliki informasi tentang situasi di bagian timur Ukraina menjadi tidak jelas dalam penyelidikan rute penerbangan. "
Laporan tersebut tidak menyatakan mengapa pihak Malaysian Airlines, -- yang pada saat kecelakaan mengangkut penumpang dengan 43 kewarganegaraan -- ingin menghindari membantu penyelidikan. Tetapi tahun 2015 ini Malaysia menikmati kenaikan nilai perdagangan bilateral dengan Rusia sebanyak 22 persen, mencapai rekor AUS$ 4 miliar. Delegasi pebisnis Rusia juga datang mengunjungi MAlaysia unuk menjajaki kerjasama perdagangan yang lebih besar.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...