Berani Hidup
Mengasihi adalah berani mengambil rIsiko untuk hidup.
SATUHARAPAN.COM – Beberapa hari ini media sosial diwarnai dengan berita bunuh diri yang disiarkan langsung melalui facebook. Tentu saja itu tidak dapat dibenarkan, walaupun kita tahu bahwa rentang daya tahan hidup seseorang tidak sama dengan yang lain. Isak tangis keluarga pun mewarnai penguburan jenazah, yang menunjukkan bahwa keluarga kehilangan dirinya.
Mengasihi adalah berani mengambil rIsiko untuk hidup, menyokong dan mendampingi keluarga, bukan berani mati, meninggalkan mereka begitu saja. Namun, apa pun yang menjadi pemikiran almarhum saat itu, ia telah mengakhiri hidupnya, dan dengan sengaja disiarkan olehnya.
Bukankah itu suatu kesia-siaan?
”Thanks untuk jempolnya,” komentar seorang teman di bawah foto yang diunggahnya di facebook, dengan diberi gambar senyum. Mungkin ada kebanggaan tersendiri melihat unggahannya diberi komentar orang banyak, sehingga hampir setiap hari orang ini mengunggah foto-foto dirinya, entah saat makan, olahraga, masak, jalan-jalan, bahkan tontonan, bacaan, dan mobil baru pun diunggahnya di media sosial.
Hidup perlu eksistensi diri, dan ada orang-orang yang melakukannya melalui media sosial. Tetapi, jika ujungnya adalah kematian. Bukankah itu kesia-siaan?
Kekayaan, kebanggaan, kesehatan, keeksisan, bukankah semua hanya dapat kita nikmati saat kita memiliki nafas.
Setialah untuk berani hidup, bukan berani mati, karena Yang Mahasetia menjanjikan datangnya pelangi di setiap badai kehidupan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...