Tuhan Sungguh Baik!
Tuhan menolong tepat pada waktunya.
SATUHARAPAN.COM – Ketika berumur 46 tahun suami saya stroke. Lima tahun kemudian dia meninggal. Dalam waktu lima tahun itu tiga anak saya kuliah. Dua kuliah di Fakultas Teknis di Universitas terbaik di Sumut dan satu lagi di sekolah tinggi teknik swasta terbaik di kota Medan. Ketika itu saya hanya seorang ibu rumah tangga. Betapa pahitnya kehidupan saya ketika itu. Anak saya masuk ke Universitas terbaik sesuai cita-cita mereka, tetapi saya tak berdaya. Mengurus suami yang sakit dan anak membutuhkan biaya kuliah. Tiga lagi. Oh Tuhan, pahit sekali hidupku.
Persis di samping rumah kami ada lapo tuak (kedai tuak). Lapo itu ramai sekali. Banyaknya orang membuat pemilik lapo tuak kewalahan melayani tamu. Mereka hanya sanggup melayani tuak. Karena pemilik lapo kewalahan, maka pemilik lapo menawarkan saya berjualan kebutuhan lain seperti rokok, teh manis, berbagai makanan seperti mi dan jenis-jenis makanan yang cocok untuk pendamping minuman tuak. Waktu itu, pemilik lapo berkata kepada saya, ”Ito, jualanlah Ito sambil menjaga Lae (suami) di rumah. Saya senang sekali atas tawaran itu. Kemudian, pemilik lapo membuat tempat jualan di depan laponya dengan ukuran sederhana. Saya berjualan dan merawat suami saya yang sedang stroke.
Sewaktu anak saya liburan kuliah dari Medan, anak gadis saya sangat membantu saya. Anak-anak saya yang jualan, dan saya fokus merawat suami. Anak gadis saya berjualan dengan baik, tanpa ada yang mengganggu. Hampir semua pengunjung lapo dia panggil Tulang (paman), kecuali yang satu marga dengannya. Saya senang melihat anak saya kalau jualan karena sangat sopan. Terutama dalam berpakaian. Anak saya sangat polos.
Saya ingat sekali, kalau saya terlambat melayani tamu, ada beberapa orang yang kasar. Kasar sekali. Maklum, pelanggan semua laki-laki. Ada yang sombong sekali. Tetapi, pelanggan yang baik banyak juga. Setelah saya amati kini, orang-orang yang kasar itu hidupnya tidak baik. Hidupnya begitu-begitu saja. Jika kuingat itu, pahit rasanya. Tetapi, begitulah kehidupan. Ada orang baik, ada pula yang kasar. Satu hal yang kulihat, orang baik itu hidupnya menyenangkan sekali.
Waktu terus berjalan, biaya kuliah dan biaya hidup tidak terhambat. Saya pun bingung, bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Anak saya yang pertama akan lulus kuliah dari universitas negeri. Kami pun senang. Saya dan suami dari Siantar akan berangkat acara wisuda. Hebatnya lagi, saya dan suami yang sedang stroke mendapat kursi khusus di depan karena anak saya termasuk yang berprestasi. Kami dipanggil ke depan karena lulus cum laude. Air mata saya tak tertahan. Dalam hati saya berkata, ”Burju hian do Ho Tuhan ’Tuhan sungguh baik sekali.’”
Waktu terus berjalan, tidak lama kemudian suami saya meninggal. Dan, anak-anak saya yang dua lagi lulus kuliah. Kini mereka sudah menikah dan memiliki anak. Tiga menantu saya sangat baik. Mereka sangat mencintai keluarga. Saya tidak menduga bisa seperti ini. Kesimpulan saya: Burju hian do Debata ’Tuhan itu sungguh baik’. Tuhan menolong keluarga kami tepat pada waktunya.
Demikianlah kesaksian seorang ibu yang kini menghabiskan waktunya dengan merawat cucu.
Email: inspirasi@satuharapan.comh
Editor : Yoel M Indrasmoro
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...