Berani Meminta Maaf
Butuh keberanian, keikhlasan, dan kebesaran jiwa.
SATUHARAPAN.COM – Suasana mengharukan tercipta di balik gempita dan kekhusyukan upacara peringatan Dies Natalis ke-59 Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) di Gedung Perpustakaan Universitas, Salatiga, 30 November 2015. Setelah lebih dari dua dekade, rekonsiliasi menjadi jalan yang ditempuh UKSW dalam mengatasi konflik internal terkait pemilihan rektor tahun 1993-1995.
Dalam rapat senat 27 Mei 1993 digelar pemilihan rektor, hasilnya: Liek Wilardjo 9 suara, John Ihallauw 8 suara, dan abstain 4 suara. Keduanya diusulkan kepada pengurus yayasan, namun pada 30 November 1993 Yayasan melantik Dr. John Ihallauw sebagai Rektor UKSW. Akibatnya muncul Kelompok Pro Demokrasi (KPD) yang berbuntut pada pemberhentian Arief Budiman, salah satu pengajar yang bersuara keras atas proses pemilihan, sementara itu 24 pengajar lainnya diskors dengan batas waktu yang tidak ditentukan.
Rektor UKSW, John A.Titaley, dalam sambutannya menyatakan, UKSW meminta maaf, menyesal, dan memberikan semua hak kepada 25 mantan pengajar UKSW berupa gaji pokok, sejak mulai kontrak hingga usia pensiun, yang selama ini belum terbayarkan. Ini dilakukan murni karena ingin melakukan rekonsiliasi demi kedamaian bersama, terutama menyambut tahun Yobel sebagai tahun pembebasan, memasuki dies natalis ke-60.
Ketua Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW), Pdt. Samuel Budi Prasetya, menyampaikan bahwa terjadinya perbedaan merupakan hal wajar karena UKSW adalah universitas, namun harus diselesaikan. YPTKSW berupaya menyelesaikan sejarah kelam. ”Kami menyesal dan dengan serius menyampaikan ke publik. Melalui momentum bahagia ini, kami meminta maaf kepada Arief Budiman dan seluruh pihak yang turut serta dalam peristiwa tersebut,”tambah Samuel.
Sebagai bentuk permohonan maaf, YPTKSW menyerahkan penghargaan kepada Arief Budiman atas segala pelayanan, pengabdian, dan pengorbanan dalam mengembangkan UKSW hingga menjadi seperti saat ini. Penyerahannya dilakukan di Australia oleh Pdt. Onesimus Dani selaku Sekretaris Pembina YPTKSW.
Semangat rekonsiliasi ini bisa dijadikan contoh dalam mengatasi berbagai konflik di berbagai lembaga, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Meminta maaf dan memaafkan butuh keberanian, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kerendahan hati dalam berdamai dengan sesama, sehingga tercipta perdamaian sejati.
Salam damai!
Editor: Yoel M Indrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...