Beras Merah Pulen untuk Gaya Hidup Sehat
SATUHARAPAN.COM – Beberapa tahun belakangan ini beras merah menjadi pilihan bagi warga yang mengusung gaya hidup sehat.
Beras merah, seperti dikutip dari situs web Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), dikenal karena memiliki pigmen merah yang mengandung senyawa antioksidan, yang dipercaya baik bagi kesehatan tubuh.
Antioksidan adalah molekul yang menghambat oksidasi molekul lain. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas berantai yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel. Antioksidan menghentikan reaksi berantai ini dengan menghapus intermediet radikal bebas, dan menghambat reaksi oksidasi lainnya.
Beras merah biasanya dipasarkan dalam bentuk beras pecah kulit atau beras sosoh sebagian untuk mempertahankan pigmen merahnya yang berada dalam lapisan kulit (bekatul).
Beras merah juga biasanya diolah menjadi bubur beras merah untuk makanan pendamping ASI. Selain itu, beras merah juga dipasarkan dalam bentuk tepung sebagai bahan baku untuk membuat kue-kue basah atau kue kering sebagaimana layaknya tepung beras putih.
Sayangnya, selama ini beras merah telanjur menyandang citra pera, keras, dan seret ditelan. Namun, perkembangan teknologi budi daya beras belakangan mampu mengubah citra itu.
Balitbangtan, misalnya, yang telah melepas beberapa varietas padi merah seperti seperti Aek Sibundong, Inpara 7, Inpago 7, berhasil mempersembahkan Inpari 24 Gabusan, yang dilepas tahun 2012, memiliki tekstur nasi pulen dan memiliki kadar amilosa 18 persen. Varietas ini memiliki potensi hasil 7,7 ton/ha gabah kering giling (GKG) dengan rata-rata hasil 6,7 ton/ha GKG.
Varietas Inpari 24 Gabusan itu, agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1, 2 dan 3, tetapi tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan terhadap patotipe IV. Inpari 24 Gabusan cocok ditanam di sawah dataran rendah hingga sedang (0-600 m di atas permukaan laut).
Citra rasa beras merah yang pera, keras, dan bahkan seret ditelan, juga ditampik Arif Budiman, wirausahawan yang mengembangkan beras organik, termasuk beras merah, di beberapa daerah termasuk di Bintuni, Papua Barat.
Arif mengembangkan beras merah dengan brand Beras Merah Wangi. “Padinya masih dalam bentuk galur, belum varietas, yang kami beri nama Branang Wangi,” kata Arif yang sedang berada di Bintuni, kepada satuharapan.com, Selasa (15/9).
Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu mulai memasarkan hasil panenannya di Jakarta, Yogyakarta, dan Papua Barat, O-Rice – Organic Rice for Healthier Life. “Beras Merah Wangi (BMW) yang Pulen bukan dengan pewangi tetapi genetik alami. Organik, dan diproduksi petani binaan AEC (Dari Yogya untuk Dunia),” kata Arif, menyebutkan lembaganya.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...