Berdoa bagi Penganiaya
Seringnya, mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
SATUHARAPAN.COM – Pada Minggu, 13 November 2016, lalu untuk kesekian kalinya kita mendapat berita adanya bom meledak di salah satu gereja di Kalimantan. Pada keesokan harinya kita juga menerima berita salah satu korban luka-luka yang masih berusia dua tahun, Intan Olivia Marbun, telah meninggal dunia.
Terbayangkan betapa sedihnya hati orangtua serta kerabat dan teman dari para korban bom gereja tersebut. Apalagi melihat foto-foto mengenaskan dari para korban yang telah beredar di dunia maya yang tentunya semakin menambah kepedihan di hati semua orang yang menjadi korban langsung, maupun sesama umat di berbagai wilayah di Indonesia, juga umat beragama lain. Rasa duka dan pedih ada yang kita ungkapkan dalam doa dan ada juga yang menyimpannya dalam hati saja. Namun di era media sosial saat ini ungkapan rasa duka dan pedih sering pula kita ungkapkan melalui berbagai saluran seperti Facebook, Twitter, dan lain sebagainya.
Kisah Para Rasul mencatat sebuah kisah pilu bagaimana hidup Stefanus berakhir dengan tragis akibat dilempari batu. ”Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya, ’Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’ Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” (Kis. 7:59-60)
Stefanus mengalami penganiayaan tersebut sesaat setelah diajukan ke Mahkamah Agama atas tuduhan palsu bahwa ia telah menghina tempat ibadah orang Yahudi dan hukum Taurat. Pada detik-detik kematiannya Stefanus masih sempat menaikan doa untuk para pembunuhnya agar Tuhan mengasihani mereka.
Sebagai warga bangsa saat ini kita sedang mengalami ujian belas kasihan. Saat melihat saudara kita menjadi korban tentu mudah bagi kita turut merasakan kepedihan mendalam dan berbelas kasihan pada para korban dan keluarganya. Kita segera menaikkan doa untuk anak-anak Balita tak bersalah yang menjadi target kejahatan kebencian yang mengerikan ini.
Namun, di sisi lain walaupun sulit dilakukan, kita juga ditantang untuk berbelas kasihan kepada pelaku tindak kekejian ini. Dengan segala bentuk hati yang remuk kita diminta secara tulus berdoa untuk pembunuh dan penganiaya anak-anak ini.
Jujur saja, tidak mudah. Namun Stefanus, Sang Martir, telah memberikan teladan. Agaknya, ia pun hanya meneladani Sang Guru Yesus Kristus, yang berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...